Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm
Ketegasan seorang nabi punya tujuan tertentu. Yesaya di tengah kebaktian yang khidmat harus meneriakkan kata-kata kasarnya. "Penguasa Sodom", "Orang Gomora"
Hal ini dilakukannya dengan tujuan untuk membangkitkan kenangan kelam tentang kehancuran Sodom dan Gomora.
Banyaknya peziarah, banyaknya kurban, awan kemenyan, tangan terangkat dalam doa (1:11-15): Apakah semua itu tidak ada artinya? Lebih buruk daripada tidak sama sekali, karena semuanya bohong selama tidak ada keadilan, selama anak yatim dan janda tetap ditindas. Para nabi Israel harus mengatakannya berulang kali supaya ada keadilan dan cinta kasih.
Sementara itu dalam Injil hari ini, Yesus merasa hormat dan marah terhadap ahli Taurat dan orang Farisi. Hal ini karena pada ahli Taurat dan orang Farisi mereka memperoleh penghormatan untuk duduk di "Tahta Musa" dan memiliki otoritas tertinggi sebagai penafsir hukum. Marah karena perilaku mereka tidak sesuai dengan ucapannya. Dari situlah, Yesus menyebutnya kemunafikan.
Siapapun yang mengulangi dan menafsirkan Firman Tuhan selalu punya kemungkinan gagal dalam apa yang dia katakan. Hal itu tidak berarti dia menjadi munafik.
Yesus menjelaskan kepada para murid dan penginjil menyampaikan ini kepada jemaat bahwa mereka yang dipanggil untuk mengajar dan berkhotbah di jemaat memiliki alasan paling besar untuk kerendahan hati.
Kita tidak akan terlalu naif untuk berpikir bahwa peringatan terhadap kemunafikan, terhadap kebohongan batin, hanya berlaku untuk orang-orang sezaman Yesus. Ya, kenyataan zaman Yesus bisa saja terjadi saat ini.
Iustitia est constans et perpetua voluntas ius suum cuique tribuendi | Keadilan adalah kemauan yang gigih dan abadi untuk memberikan hak kepada setiap orang. - Ulpianus.
Yeremia 8:8-9; Ul 17:8-13; Roma 2:17-24; Lukas 11:46; Kisah Para Rasul 15:10; Markus 12:38-40; Lukas 11:43; 20.46; Matius 20:26; 18.4; Lukas 1:52-53; 14:11; 18:14.
Apakah kita kemudian merosot seperti kota-kota Sodom dan Gomora?