4 min dibaca
2022: TAHUN REFLEKSI BERJALAN BERSAMA DALAM MISTERI INKARNASI: Manusia Diilahikan – Disposisi Batin yang Sepadan
Suara Keheningan | RP. Stefanus Florianus Buyung, O.Carm

+ Maria Yang terkasihPara Konfrater dan para FraterKomisariat Karmel “St. Titus Brandsma”, Maumere, Indonesia TimurMasing-masing di tempat------------------------------------------------------------------------------------------              

  1. Salam sejahtera dalam kasih Tuhan dan tatapan kasih keibuan Bunda Maria.Tahun 2022 sebagai Tahun Refleksi segera akan berakhir. Hari-hari ini, tentu kita sekalian sibuk mempersiapkan diri dan umat yang kita layani untuk menyongsong perayaan penting tahunan kita: Natal dan Tahun Baru. Kendati demikian, di penghujung tahun 2022 ini, saya kembali datang menyapa para konfrater dan para frater semuanya untuk berhenti sejenak merefleksikan rahasia cinta Tuhan yang begitu agung ini. Saya mengajak kita sekalian untuk mendalami misteri Inkarnasi dalam kaitan dengan semangat BERJALAN BERSAMA. 
  2. Pertama-tama perlu kita sadari bahwa Tuhan sendiri mau BERJALAN BERSAMA kita. Dia merendahkan diri serendah-rendahnya dengan rela menjadi manusia untuk kita manusia. Ia mengosongkan diri-Nya sendiri, berkenan menjadi hamba dan menjadi sama dengan kita manusia (bdk. Flp 2:7). Namun justru rahasia hidup kita sebagai manusia terjawab dalam misteri sang Sabda yang menjelma menjadi manusia. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini menegaskan, “Sesungguhnya hanya dalam misteri Sabda yang menjelmalah misteri manusia benar-benar menjadi jelas… Kristus, Adam yang Baru, dalam pewahyuan misteri Bapa serta cinta kasih-Nya sendiri, sepenuhnya menampilkan manusia bagi manusia, dan membeberkan kepadanya panggilannya yang amat luhur.” (GS 22). Selanjutnya, saya mengajak kita semua untuk merenungkan dua aspek penting berkenaan  misteri Inkarnasi: 

Inkarnasi: Manusia Diilahikan

  1. Natal kembali kita rayakan. Sang Bayi Mungil yang lahir di kandang yang hina Betlehem justru mengungkapkan keagungan cinta Tuhan. Natal adalah saat indah di mana kita MERAYAKAN PERSEKUTUAN. Allah yang berada di surga tinggi mendatangi kita umat-Nya. Allah berkenan menjadi manusia. Inilah misteri inkarnasi. Sungguh kita melihat sebuah pertukaran yang mengagumkan: Allah turun, supaya kita manusia diangkat menjadi anak-anak-Nya. Dia, yang adalah Raja Agung rela meninggalkan surga yang mulia, supaya kita diilahikan. Dia, yang bertahta di singgasana yang mulia mau menjadi manusia hina, supaya kita ditinggikan.Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja menegaskan, “Maka datanglah Putera. Ia diutus oleh Bapa, yang sebelum dunia terjadi telah memilih kita dalam Dia, dan menentukan, bahwa kita akan diangkat-Nya menjadi putera-putera-Nya.” (LG 3). Inilah rancangan indah Allah sejak awal mula. Inilah rencana dan keputusan Allah yang sungguh mengagumkan. Para Bapa Konsili mengatakan, “Atas keputusan kebijaksanaan serta kebaikan-Nya yang sama sekali bebas dan rahasia, Bapa yang kekal menciptakan dunia semesta. Ia menetapkan, bahwa Ia akan mengangkat manusia untuk ikut serta menghayati hidup ilahi.” (LG 2). Bahkan St. Agustinus dan St. Teresa dari Avila dengan penuh keberanian beriman mengatakan bahwa Allah berkenan menjadi manusia agar manusia menjadi Allah. St. Agustinus mengatakan misteri agung ini dalam kotbah Natalnya,  “Allah menjadi manusia, agar manusia menjadi Allah. Tuhan para malaikat hari ini menjadi manusia, agar manusia dapat makan roti malaikat.” {Ibadat Harian Bacaan Ofisi Masa Natal (Yogyakarta, Kanisius, 1981), 91}. Lalu dalam salah satu puisinya, St. Teresa dari Avila mengungkapkan bukti kasih Tuhan ini. “Bapa memberi kita / Putra tunggalnya, / Hari ini lahir di kandang hina, / Dia datang ke dunia./ Oh, bersukacitalah, / Kini manusia adalah Allah.” (Puisi 13 Untuk Natal).
  2. Betapa lebih istimewa dan menakjubkan lagi!Justru hal itu terjadi ketika manusia jatuh dan berdosa. Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa itu, Tuhan tidak pernah kenal lelah dan putus asa di dalam mencari jalan untuk menyelamatkan manusia. Puncak dari kasih setia Tuhan itulah misteri Inkarnasi. St. Yosef dalam mimpinya menerima kabar yang menggembirakan dari malaikat Tuhan. “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungan adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat 1:20-21). Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja menegaskan, “Ketika dalam diri Adam umat manusia jatuh, Ia tidak meninggalkan mereka, melainkan selalu membantu mereka supaya selamat, demi Kristus Penebus, ‘citra Allah yang tak kelihatan, yang Sulung dari segala makhluk’ (Kol 1:15).” (LG 2). St. Agustinus dalam khotbahnya mengenai Natal menggarisbawahi, “Manusia berdosa, dan ia menjadi bersalah. Maka lahirlah Manusia Allah, agar yang salah dibebaskan. Jadi, tatkala manusia jatuh sengsara, Tuhan turun dengan kasih cinta; dan sewaktu manusia jatuh karena sombong, Tuhan turun membawa rahmat.” {Ibadat Harian Bacaan Ofisi Masa Natal (Yogyakarta, Kanisius, 1981), 91}.
  3. Bagi kita para Karmelit, St. Titus Brandsma memberikan sebuah refleksi yang sungguh sangat mendalam berkenaan dengan misteri Inkarnasi. “Misteri Inkarnasi mengungkapkan kepada kita betapa berharganya manusia bagi Tuhan, betapa intimnya Tuhan ingin dipersatukan dengan manusia. Misteri ini menarik pikiran kita tentang kelahiran abadi sang Putra dari Bapa sebagai alasan terdalam dari misteri Cinta. Dalam tiga perayaan Ekaristi Kudus pada hari Natal, kelahiran dari Bapa dirayakan pertama, kedua dari Santa Perawan Maria, ketiga kelahiran Allah dalam diri kita. Hal tersebut tidak terjadi tanpa makna dan kelahiran rangkap tiga ini harus dipahami sebagai sebuah pewahyuan dari satu Cinta abadi. Itu harus menjadi Natal bagi kita dan kita harus selalu mengingat kelahiran rangkap tiga tersebut sebagai fase dari satu proses cinta yang luar biasa.” {Titus Brandsma, O.Carm., Carmelite Mysticism Historical Sketches. (Darien, Illinois: The Carmelite Press, 1986), 34}

Inkarnasi: Disposisi Batin yang Sepadan

  1. Cinta Tuhan begitu mengagumkan. Kedatangan-Nya ke dunia dalam misteri Inkarnasi mengangkat harkat dan martabat kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Kita merayakan sebuah persekutuan yang indah antara Allah, sang Pencipta dan manusia, ciptaan-Nya. Itulah rahmat Tuhan teramat agung. Misteri dan rahmat Tuhan ini sungguh mengharukan kita. Namun kita tidak hanya berhenti pada rasa haru semata-mata. Di sinilah letak tanggungjawab kita. Kita diundang memiliki sikap hati pantas dan cara hidup sepadan dengan karunia tersebut.  Kita dipanggil untuk bertobat dan menata kehidupan kita sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Itulah sebabnya, masa Adven memiliki makna khusus bagi kita. St. Yohanes Pembaptis sebagai salah tokoh Adven menolong kita.  Tatkala tampil di hadapan umum, ia berseru, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat 3:2; bdk. Mrk 1:4; Luk 3:3). Dialah perintis jalan bagi Tuhan. Nubuat nabi Yesaya terpenuhi dalam dirinya. “Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” (Luk 3:4-6; Yes 40:3-5). 
  2. Karunia agung yang kita terima dalam misteri Inkarnasi sudah semestinya membuat kita merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kita sudah seharusnya menyadari bahwa kita ini pendosa yang tidak pantas menerima karunia yang begitu besar. Kita ditantang untuk berjuang sambil memohon rahmat Tuhan untuk membersihkan diri dari segala dosa dan menyiapkan hati yang murni bagi Tuhan. St. Karolus Borromeus dalam surat gembalanya tentang Masa Adven mengatakan, “Gereja ingin: kita mengerti seperti sekali Ia telah datang di dunia dalam daging begitu juga sekarang, apabila kita menyingkirkan rintangan, Ia bersedia datang lagi kepada kita, setiap jam, setiap saat, untuk membangun kediaman rohani di dalam diri kita dengan segala rahmat-Nya…. Ia mengajar kita, agar kita sekarang ini begitu dipersiapkan menyambut kedatangan Kristus Tuhan kita, seakan-akan Ia masih harus datang di dunia.” {Ibadat Harian Bacaan Ofisi Masa Adven (Yogyakarta, Kanisius, 1982), 20-21}.
  3. Bagi kita para Karmelit, Regula meminta kita untuk menyiapkan hati yang murni dan nurani yang baik. “Berulang kali dengan pelbagai cara para Bapa Suci menetapkan bagaimana setiap orang harus hidup taat kepada Yesus Kristus dan setia mengabdi-Nya dengan hati yang murni dan hati nurani yang baik, dalam status hidup apa pun atau cara hidup religius apa pun yang dipilihnya.” (Regula no. 2). Panggilan ini kepada pertobatan, persiapan hati yang layak bagi Tuhan kembali ditegaskan dalam Konstitusi Ordo Karmel 2019. Para Karmelit dipanggil untuk membuka hati dan mempersiapkan diri masuk dalam persatuan mesra dengan Tuhan. Kita harus melepaskan segala kelekatan akan hal-hal duniawi dan membuka ruang selebar-lebarnya bagi Tuhan. “Kontemplasi dimulai saat kita mempercayakan diri kita kepada Allah, dalam cara apapun yang dipilih-Nya untuk mendekati kita;  kontemplasi adalah sikap terbuka kepada Allah  yang kehadiran-Nya kita temukan dalam segala hal. Maka, kontemplasi merupakan perjalanan batin para Karmelit, yang berasal dari prakarsa bebas Allah,  yang menyentuh dan mengubah kita,  seraya membimbing kita menuju persatuan kasih dengan-Nya,  yang mengangkat kita agar kita boleh menikmati kasih yang cuma-cuma ini  dan hidup dalam hadirat-Nya yang penuh cinta.  Kasih Allah yang berlimpah-ruah ini  menuntun kita pada pengalaman yang mengubah:  Kasih ini mengosongkan kita dari  cara pikir, mencintai dan berperilaku manusiawi kita  yang terbatas dan tidak sempurna,  dan mengubahnya menjadi ilahi.” (Konstitusi 2019, art. 16). Dan lagi, “Di dalam spiritualitas kita,  kita menemukan proses kelepas-bebasan ini yang mengarah pada persatuan dengan Allah  - tujuan akhir dari semua pertumbuhan manusia - dalam “kemurnian hati” (puritas cordis),  “keterbukaan total pada Allah” (vacare Deo)  dan dalam pengalaman padang gurun.” (Konstitusi 2019, art. 16). 

Akhirnya …..

  1. Tujuan panggilan hidup kita adalah persatuan dengan Allah. Terminal akhir perjalanan hidup kita adalah kesempurnaan dalam cinta. Misteri inkarnasi membuka mata kita untuk melihat kasih Tuhan yang luar biasa. Ia berkenan datang ke dunia untuk menyatukan diri-Nya dengan kita manusia. Kita diundang untuk juga datang dan terus mendekatkan diri kita dengan Allah yang telah lebih dahulu mencintai kita. St. Titus Brandsma menegaskan, “Misteri Inkarnasi adalah rangkuman lain dari mistisisme Karmel, hidup rohani Karmel.” {Titus Brandsma, O.Carm., Carmelite Mysticism Historical Sketches (Darien, Illinois: The Carmelite Press, 1986), 35}
  2. Pantaslah kita bersukacita atas misteri agung ini. “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Luk 2:10-11). St. Leo Agung, Paus dalam kotbah Natalnya menegaskan, “Hari ini hari kelahiran Penebus kita! Sungguh hari gembira bagi kita, para Saudara! Ini bukan waktu untuk bersedih hati, sebab inilah hari kelahiran Hidup Sejati.” {Ibadat Harian Bacaan Ofisi Masa Natal (Yogyakarta, Kanisius, 1982), 52}. Marilah kita BERJALAN BERSAMA dalam misteri Inkarnasi. Marilah kita merasakan indahnya martabat kita: Kita manusia diilahikan. Marilah kita hidup pantas sesuai dengan martabat tersebut.SELAMAT NATAL 25 DESEMBER 2022 dan BAHAGIA TAHUN BARU 1 JANUARI 2023. Tuhan memberkati. Bunda Maria dan Nabi Elia merestui. St. Teresa dari Avila dan St. Titus Brandsma mendoakan kita sekalian. 

Karmel “St. Titus Brandsma”, Weruoret, 23 Desember 2022

P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm Prior Komisaris


Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.