3 min dibaca
20 Nov
20Nov

Oleh: Maria Regina. A.Ch.W.C. Kirana

Maria Regina A. Ch.W.C. Kirana

Hal yang awalnya dipandang remeh dan kecil seringkali justru mendatangkan hal besar yang kadang bisa menguntungkan atau bahkan bisa merugikan bagi yang memandangnya. Hal ini pernah aku alami dalam perjalanan hidupku. Semua itu berawal dari suatu ketidaksengajaan pada bulan April 2009, saat menemukan sesuatu yang aneh benjolan kecil kira-kira sebesar kacang tanah ada dalam payudara kiriku dan saat dipegang benjolan tersebut seakan bergerak lari-lari. 

Awalnya aku anggap hal itu biasa, meskipun saat itu suami sudah mengajak untuk melakukan pemeriksaan, namun aku merasa hal itu bukanlah hal yang harus dikhawatirkan dan aku menolak ajakan suami untuk melakukan pemeriksaan. Seiring berjalannya waktu sebulan kemudian benjolan itu sudah berubah menjadi sebesar jempol dan sudah menetap, namun aku tetap belum mau diajak untuk melakukan pemeriksaan dengan dalih ini adalah hal biasa mungkin gejala aku mau hamil lagi karena sudah sebulan tidak mengalami menstruasi dan sudah setahun aku tidak menggunakan alat kontrasepsi. 

Ternyata Tuhan menunjukkan cara-Nya agar aku mau melakukan pemeriksaan, suatu sore pada bulan Mei 2009 saat pulang kerja aku mengalami kesakitan yang luar biasa di seluruh tubuh sebelah kiri dari pundak sampai telapak kaki dan aneh hanya sebelah kiri saja. Karena sanggup lagi menahan sakit, akhirnya aku mengatakan pada suamiku untuk besok kita pergi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan mulai dari USG, dll. 

Terasa seperti tersambar petir di siang hari, saat melihat hasil USG yang sudah mencantumkan carcinoma mammae sinistra, seakan tidak bisa aku percaya. Beberapa hari hatiku seakan memberontak, marah, bertanya: mengapa, bagaimana, apa salahku dan segala macam pertanyaan berkecamuk dalam pikiran dan hatiku. Bahkan aku sampai menghitung jasa-jasaku pada Tuhan Pemilik Hidupku. Setiap hari tanpa sadar jari tanganku selalu bergerak seperti orang sedang berhitung sambil selalu bertanya Tuhan maunya apa?  Sebelum ini aku sudah menjalani sakit bertahun tahun dan aku tidak pernah mengeluh, aku sudah melakukan semuanya meski tidak enak dan aku tidak pernah mengeluh, dan kenapa sekarang aku harus menghadapi kenyataan seperti ini?” Selama hampir satu minggu aku terus bergumul dengan pertanyaan seperti menghitung jasa seperti itu, dan jari tanganku setiap ada kesempatan selalu tiba tiba bergerak seperti orang sedang berhitung mengiringi hati yang selalu bicara dan bertanya. 

Sampai pada suatu malam, aku mengalami mimpi yang luar biasa, aku bertemu dengan almarhum papi dan diajak jalan-jalan di taman yang indah, saat itu sebelum papi meninggalkan aku, papi sempat mengatakan anak bima harus kuat ” , dan setelah bicara begitu papiku kembali meninggalkan aku dan aku kemudian terbangun lanjut berdoa sebentar untuk almarhum papi aku. Namun tak lama setelah mimpi itu, aku melanjutkan tidurku dan aku seperti mendengar suara yang mengatakan Mengapa kamu bertanya-tanya, mengapa kamu cari-cari tahu, kamu tidak berhak bertanya-tanya, kamu tidak berhak cari-cari tahu, kamu hanya boleh menjalani, Yang punya rencana biar saja punya rencana.” Saat itu aku kaget dan terbangun lagi sambil bertanya dalam hati: “suara siapakah barusan hadir di telingaku?” Namun, aku tidak menemukan jawabannya karena sama sekali tidak ada wujud yang terlintas saat suara itu hadir. Akhirnya aku berkata pada diriku sendiri.. "Aah Malaikat Tuhan sudah mengingatkan aku... Terima kasih Tuhan sudah mengirimkan Malaikat untuk mengingatkan aku untuk tidak bertanya dan mencari tahu apa yang terjadi atas dirikudan saat itu aku langsung bisa tertidur kembali. Kalimat itulah yang membuatku tersadar akan kekeliruanku selama ini, dan aku pun ikhlas untuk menerima semua yang harus dialami, aah...Tuhanku begitu baik, dengan memberi aku waktu untuk mengeluarkan sifat manusiawiku, ya sifat kedaginganku. Tuhan membiarkan aku melampiaskan kekecewaan. Tuhan membiarkan aku meluapkan semua kemarahanku, namun Tuhan tidak membiarkan aku terus terlarut dalam kegalauan dan karenanya Tuhan mengingatkanku melalui mimpi waktu itu. 

Sangat luar biasa 5 kalimat dalam mimpiku tersebut. Sebuah mimpi yang sanggup merubah situasi hatiku. Sejak saat itu aku tidak lagi menggerakan jari seperti orang menghitung sambil bertanya. Aku bahkan langsung mengajak suami untuk menemaniku yang sudah siap menjalani semua rangkaian pemeriksaan Mammography, sampai pada operasi untuk tujuan biopsi (pengambilan sebagian jaringan payudara untuk dikirim ke laboratorium patologi). Hasilnya ternyata aku mengidap kanker payudara Stadium 3 B grade 3. Saat mendengar hasil diagnosa yang disampaikan dokter, hatiku sudah tidak lagi memberontak dan bertanya, namun aku sudah siap menjalani semua yang harus dijalani. 

Seakan mendapat kekuatan baru, mulailah siap mencari informasi mengenai kanker, menjalani segala upaya medis dan terapi medis yang harus dijalani dengan melakukan operasi kedua yaitu mastektomi (pengangkatan semua jaringan payudara) untuk payudara sebelah kiri dan lanjut aku jalani radioterapi (radiasi sinar) selama 25 x (selama 5 minggu berturut-turut) dengan meninggalkan kewajiban menjalankan kemoterapi karena terbentur dengan sangat besarnya biaya yang harus aku tanggung. 

Dalam menjalani semuanya, aku selalu ingat sebutan papi padaku semasa hidupnya bahwa aku anak bima dan anak bima harus kuat, dan aku pun berprinsip bahwa aku tidak boleh bertanya lagi pada Tuhan, apalagi protes. Kewajibanku adalah menjalankan bagianku yaitu usaha untuk tidak akan menyerah pada apapun juga, sebelum aku mencoba segala yang aku bisa coba. Aku percaya pada rencana besar Tuhan yang selalu menyertai dan menyembuhkanku. “Segala yang terjadi dalam perjalanan hidup kita adalah berada dalam rancangan dan rencana besar Tuhan untuk kita. Karena itu, jaangan kita mengingkari dan mencari jalan lain yang sesuai dengan keinginan kita sendiri.”

Bagi yang tersentuh dengan kisah nyata ini, silahkan like dan bisa membagikan Video di bawah ini.


Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.