Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
dan terutama kalian, anak-anak yang hari ini dengan wajah cerah dan hati penuh sukacita, akan menerima Komuni Pertama—hari ini adalah hari yang indah, hari yang tak akan kalian lupakan seumur hidup. Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, atau yang kita kenal sebagai Corpus Christi. Hari ini kita merayakan satu kebenaran besar dan indah: bahwa Yesus hadir secara nyata di tengah kita—dalam rupa roti dan anggur. Dalam setiap Ekaristi, kita tidak hanya mengenang Yesus, tetapi sungguh-sungguh menyambut-Nya, merasakan kehadiran-Nya, dan menerima-Nya ke dalam hati kita.
Anak-anak yang terkasih,
kalian telah belajar bahwa roti yang tampak biasa itu, setelah didoakan oleh imam dalam Misa Kudus, bukan lagi sekadar roti. Itu menjadi Tubuh Yesus sendiri. Dan hari ini, untuk pertama kalinya, Yesus akan tinggal dalam hatimu. Bukankah itu luar biasa? Tadi kita mendengar dalam Injil: Yesus memberi makan lima ribu orang dengan hanya lima roti dan dua ikan. Makanan yang sedikit itu diberkati Yesus, lalu dibagikan, dan ternyata cukup untuk semua orang—bahkan berlebih. Peristiwa ini bukan sekadar mukjizat makanan.
Ini adalah lambang Ekaristi, di mana Yesus, Sang Roti Hidup, membagikan diri-Nya untuk memberi hidup kepada dunia. Yesus tahu bahwa kita tidak hanya butuh makanan untuk tubuh, tetapi juga untuk jiwa kita—dan itu hanya bisa dipenuhi oleh cinta-Nya yang tak terbatas. Anak-anak, saat kamu melangkah ke depan untuk menerima Komuni Pertama nanti, ingatlah baik-baik:
Kamu tidak hanya menerima sepotong roti. Kamu menerima Yesus sendiri.
Yesus yang kamu doakan. Yesus yang kamu kenal dalam cerita Injil. Yesus yang mencintaimu sejak kamu masih bayi. Hari ini, Ia ingin tinggal dalam hatimu. Ia ingin menjadi sahabatmu selamanya. Dan kamu tahu apa yang paling Yesus sukai dari sahabat-Nya? Bukan hadiah atau doa panjang-panjang. Tapi hati yang sederhana, hati yang mau mencintai, hati yang tidak sombong, yang memaafkan dan berbagi. Untuk kita semua, saudara-saudari terkasih,
hari ini adalah juga undangan untuk merenung:
Apakah kita masih menyambut Komuni Kudus dengan rasa syukur dan cinta?
Ataukah kita sudah terlalu biasa, terlalu rutin, dan lupa bahwa kita sedang menerima Allah sendiri ke dalam hidup kita? Setiap kali kita berkata, “Amin” saat menerima Komuni, kita sedang berkata, “Ya Tuhan, aku percaya. Tinggallah dalam hatiku. Jadilah kekuatanku.” Ekaristi bukan hanya santapan rohani. Ia adalah ikatan kasih, tanda perjanjian baru antara Allah dan manusia, yang sudah dinubuatkan dalam Kitab Keluaran, ditegaskan oleh Rasul Paulus, dan sekarang dihidupi oleh kita—umat Allah yang hidup. Anak-anak, hari ini kamu menjadi bagian dari perjamuan kasih ini.
Tapi ini bukan akhir perjalananmu. Ini adalah langkah awal.
Langkah menuju hidup yang lebih penuh kasih, lebih sabar, lebih seperti Yesus. Dan kepada para orang tua, mari terus menuntun anak-anak ini untuk bertumbuh dalam iman, bukan hanya hari ini, tapi setiap hari—dengan doa, dengan teladan, dengan kasih. Saudara-saudari terkasih,
Hari ini, dalam Ekaristi, Yesus berkata lagi kepada kita semua: “Ambillah dan makanlah, inilah Tubuh-Ku…”
“Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku.” Mari kita sambut Dia dengan hati penuh syukur.
Mari kita biarkan Yesus tinggal di dalam kita.
Dan mari kita hidup sebagai umat yang telah dipersatukan dalam satu Roti, satu Tubuh, satu Tuhan. Selamat kepada anak-anak penerima Komuni Pertama.
Semoga hatimu menjadi rumah yang hangat bagi Yesus—hari ini, esok, dan sepanjang hidupmu. Amin.