1 min dibaca
19 Apr
19Apr
Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm

Saulus, seorang penganiaya keras dan penuh kebencian, menjadi pusat renungan kita saat ini. Pertobatannya, yang mungkin terjadi pada tahun 36 M, tidak hanya merupakan peristiwa sejarah, tetapi juga sebuah cermin bagi setiap pencarian makna dalam hidup kita. 

Lukas, dalam karyanya yang penuh perhatian, mencatat peristiwa tersebut tidak sekadar sebagai laporan, tetapi sebagai interpretasi mendalam akan kejadian itu. Kristus menampakkan diri kepada Saulus, mengubahnya dari seorang penganiaya menjadi pembawa Injil yang bersemangat. 

Cahaya dan suara surgawi mengarahkan langkahnya, memberikan arah baru yang menentukan bagi agama Kristen yang sedang berkembang. Dari Damaskus, Paulus membawa pesan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Gereja yang semula terbatas pada lingkungan Yahudi menjadi Gereja yang melintasi batas-batas etnis dan budaya. 

Melalui pengalaman Paulus, kita menyaksikan bagaimana Injil tidak terikat pada satu bangsa atau budaya, tetapi bagi semua orang yang percaya. Pada Perjamuan Terakhir, Yesus memberikan pengajaran yang menentukan tentang Ekaristi, di mana Dia tidak hanya menuntut iman pada diri-Nya sendiri, tetapi juga mengajak untuk memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya. Ini bukan hanya tentang tindakan fisik, tetapi tentang kehadiran Roh yang memberi hidup. Para pendengarnya bingung, tetapi para murid akan memahami maksud sejati ini ketika mereka merayakan Perjamuan Tuhan setelah kepergian-Nya. 

Dalam kedua narasi ini, kita disajikan dengan gambaran tentang transformasi: Saulus yang menjadi Paulus, dan roti yang menjadi tubuh Kristus.

Renungan kita hari ini adalah bagaimana kita merespons panggilan untuk pertobatan dan iman yang mendalam, serta bagaimana kita menerima hadirat Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam perjalanan kita, mari kita buka hati dan pikiran kita untuk menerima cahaya dan arahan yang diberikan oleh Kristus, sehingga kita dapat menjadi pembawa Injil bagi semua bangsa, dan merayakan kehadiran-Nya dalam setiap Ekaristi yang kita rayakan. 

Sebab dalam memahami makna sejati dari pertobatan Saulus dan Ekaristi, kita mendapati jalan menuju pemahaman yang lebih dalam akan kasih dan kehadiran Allah dalam hidup kita.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.