Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm
Sorotan media sosial akhir-akhir ini mengerucut pada aksi-aksi tidak terpuji dari bule atau para turis di Bali dan beberapa tempat lainnya di Indonesia.
Memang sorotan tema itu menarik untuk dibahas karena sejalan dengan arus pariwisata internasional yang semakin global. Bahkan tidak sedikit pula orang asing yang mau tinggal lama dan menjadi warga negara Indonesia.
Nah, terkait tinggal lama dan hidup sebagai wisatawan di Indonesia tentu saja punya prinsip dan aturan yang mesti ditaati. Prinsip itu sebetulnya sama di semua negara.
Oleh karena itu, beberapa hal ini penting dilakukan supaya para wisatawan, turis atau bule bisa punya kesadaran yang sama seperti dengan warga Indonesia lainnya:
Apa itu integrasi?
Kata integrasi muncul sejak abad ke-19 dari kata bahasa Latin "Integratio" yang berarti Wiederherstellung, Erneuerung atau restorasi, pembaharuan. Sedangkan kata kerjanya adalah "integrare" yang berarti integrasi wiederherstellen atau merestorasi, tetapi juga erneuern atau membaharui. Oleh karena itu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan integrasi sebagai suatu pembauran sampai menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Dalam konteks tulisan ini, integrasi bisa dipahami sebagai satu proses yang membuka wawasan, pemahaman, pengetahuan teoritis dan praktis kepada warga asing yang tinggal lama atau menetap di Indonesia supaya mereka mampu beradaptasi dengan baik.
Ya, tentu saja kita berharap bahwa melalui proses integrasi itu, wisata mancanegara (wisman) tidak bisa sesuka hati hidup di Indonesia, tetapi taat hukum dan mampu menyesuaikan diri.
Kursus integrasi budaya, pintu bebas keresahan karena ulah wisman nakal
Kursus integrasi budaya bertujuan untuk menyatukan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda dan membantu mereka mengerti dan beradaptasi dengan budaya baru Indonesia.
Beberapa topik penting yang perlu dimasukan ke dalam program kursus integrasi budaya yakni:
Pertama, masyarakat dan budaya: Tinjauan tentang sejarah Indonesia, masyarakat dan keragaman budaya Indonesia serta nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Kedua, bahasa Indonesia: Keterampilan bahasa sangat penting untuk integrasi ke dalam budaya baru Indonesia. Kursus karena itu dapat memiliki fokus pada pengajaran keterampilan bahasa Indonesia dan meningkatkan keterampilan komunikasi dan percakapan sehari-hari.
Ketiga, kehidupan sehari-hari dan cara hidup di Indonesia: Kursus ini juga dapat mencakup topik-topik yang penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti berbelanja, mencari akomodasi, berurusan dengan pihak pemerintah, penjualan barang, peluang rekreasi, dan aktivitas budaya lainnya.
Keempat, pekerjaan: Aspek penting dari integrasi adalah integrasi ke dalam pasar tenaga kerja. Kursus integrasi budaya dapat membantu para bule yang tinggal di Indonesia untuk memahami tuntutan dan ekspektasi pasar tenaga kerja dan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai di tanah air.
Kelima, komunikasi antarbudaya: Kursus integrasi budaya tentu saja sangat membantu para turis untuk mempromosikan kepekaan dan pemahaman budaya antara kelompok yang berbeda dan menghindari konflik, provokasi dan rasisme.
Keenam, aspek Hukum: Di dalam kursus integrasi, bule dapat belajar tentang sistem hukum dan undang-undang negara Republik Indonesia dan menunjukkan kewajiban dan hak apa yang dimiliki imigran.
Ketujuh, integrasi sosial: Integrasi berarti tidak hanya semacam adaptasi ke dalam masyarakat, tetapi juga lebih dari itu diharapkan mampu membangun kontak sosial dan persahabatan dengan penduduk setempat.
Oleh karena itu, kursus integrasi sosial bisa membantu membangun dan memelihara jejaring sosial yang lebih luas bukan cuma internasional, tapi juga secara lokal berkaitan dengan masyarakat yang berbudaya.Integrasi budaya memang di banyak negara dilakukan bukan untuk para imigran di usia dewasa, tetapi lebih diprioritaskan sejak usia dini. Prinsipnya, pada usia masih muda orang lebih mudah untuk mengintegrasikan diri daripada orang-orang dewasa lainnya.
Saya ingat model kursus integrasi budaya yang berlaku di Jerman itu sangat penting bagi para imigran. Bahkan kursus integrasi itu sangat diprioritaskan.Meskipun demikian, yang namanya wisman nakal tetap saja ada. Nah, sudah bisa dibayangkan apa jadinya seperti di Bali atau di beberapa tempat lainnya, yang tidak ada aturan ketat mengenai proses integrasi itu.
Tidak heran kalau sering sekali ditemukan bule mengendarai kendaraan bermotor secara bebas. Jangankan di Bali, di Flores saja ada juga kasus seperti itu. Bule ngebut mengendarai sepeda motor, lalu ambil jalan orang lain, mungkin karena beda konsep.Nah, dari pengalaman itu, sebetulnya sangat penting kursus integrasi itu dilakukan bagi para wisman supaya tidak merugikan orang lain dan negara kita.
Siapa yang menyelenggarakan kursus integrasi?
Kursus integrasi sangat dekat kaitannya dengan pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah khususnya dinas pendidikan baik itu di tingkat pusat, maupun daerah perlu memikirkan konsep dan program kursus integrasi itu.
Tentu saja, secara serentak mulai dengan kursus integrasi rasanya agak sulit karena keberlangsungan kursus sangat bergantung pada berapa banyak wisman yang mendiami daerah tersebut.
Oleh karena itu, barangkali sebagai contoh prioritas kita lebih mengarah ke Bali. Praktisnya bisa saja paket kursus itu diberikan di setiap penginapan atau hotel di mana banyak wisman.
Demikian juga materinya bisa lebih sesuai dengan konteks tempat di mana mereka berada. Wawasan lokal seperti tentang Bali tentu saja menjadi prioritas. Selain itu hal-hal umum seperti tentang tata tertib berlalu lintas dan kewajiban memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Demikian juga bagi wisman yang mau mengurus SIM di tanah air, mereka mesti mengikuti paket kursus integrasi itu. Konsekuensinya, tidak bisa lagi ada sistem beli SIM atau pengurusan SIM gratis atau SIM murah.
Semua harus melalui proses yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal seperti itu sangat penting. Mengapa?
1. Sebagai bangsa yang beradab kita harus bisa menunjukkan bahwa kita punya prinsip dan orang lain harus juga belajar dari kita dan tentang kita.
2. Penting untuk menjaga brand tentang Indonesia. Rasanya malu banget kalau dengar bule yang bilang, "Ah di Indonesia semuanya gampang, bisa dibeli dan disogok."
3. Kewibawaan bangsa ini harus mulai dibuktikan dengan cara-cara praktis yang mendidik orang lain di satu sisi, dan juga menjadikan budaya dan peradaban bangsa kita sebagai satu nilai jual yang menghidupkan bangsa kita sendiri pada sisi lainnya.
4. Negara-negara Eropa telah menjadikan integrasi bukan saja hanya sebagai satu istilah, tetapi suatu proses yang menyerap tenaga kerja dan pemasukan warga negara, lalu kapan kita bisa lakukan itu?
Puaskah kita hanya dengan mengeluh tentang wisman yang nakal dan meresahkan itu?
Saya pikir sudah saatnya kita berbenah. Kita tidak membenci wisman, tetapi kita perlu mendidik wisman, agar mereka bisa lebih beradab dan dari proses itu secara ekonomi kita menemukan lapangan pekerjaan baru di sana.
Salam berbagi, ino, 18.03.2023.