1 min dibaca
19 Dec
19Dec

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Percaya kepada Tuhan saat semuanya baik-baik saja biasanya mudah. Sebaliknya, tetap beriman kepada-Nya dalam situasi serba tidak pasti sering sulit sekali.

Rencana kerajaan kecil Siria menyerang Yerusalem membuat raja Ahaz, raja kerajaan Yehuda, takut dan gemetar. Nabi Yesaya datang menjumpai Ahaz meyakinkannya supaya tetap berpegang pada Tuhan.

Sang nabi menegaskan bahwa Tuhan akan melindungi Ahaz. Jika Ahaz kurang yakin, nabi Yesaya menganjurkannya supaya meminta tanda dari Tuhan (Yes 7: 11).

Namun Ahaz tidak mau meminta tanda itu, karena tidak mau mencobai Tuhan (Yes 7: 12). Itu alasan saja, karena sesungguhnya dia lebih percaya kepada kekuatan kerajaan Asiria yang secara politis dapat melindunginya.

Berbeda dari sikap dara yang disebut oleh nabi Yesaya (Yes 7: 14). Dia mendengarkan sabda Tuhan. Meski dia tidak paham (Luk 1:34), dia tetap percaya kepada Tuhan.

"Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu" (Luk 1:38). Inilah iman sejati, yakni tetap percaya di tengah situasi yang serba tidak pasti.

Pengalaman Ahaz kini masih banyak orang hadapi. Dalam situasi sulit orang diminta untuk mengandalkan Tuhan. Namun lebih banyak orang berpegang pada kalkulasi sosial-politik-ekonomi. Tidak seperti Maria yang dengan rendah hati dan patuh sungguh percaya kepada Tuhan.

Siapakah aku ini dalam menghayati iman di tengah kesulitan hidup ini? Ahaz atau Maria?

Senin, 20 Desember 2021RP Albertus Agung Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.