1 min dibaca
27 Jun
27Jun
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Hampir semua orang ingin hidupnya sukses. Orangtua yang tidak berpendidikan pun mengirim anak-anaknya ke sekolah yang bermutu. Alasannya, supaya kelak mereka sukses dan hidupnya nyaman-aman di masa depan. Minimal, lebih baik daripada kedua orangtua mereka.

Meski sukses itu penting, benarkah itu tujuan hidup ini? Ketika berbicara tentang keluarga, misalnya, apakah ukuran suksesnya? Keluarga yang mempunyai anak. Apakah keluarga yang tidak mempunyai keturunan berarti gagal?

Keluarga sukses adalah keluarga yang berkecukupan dalam hal harta dunia. Kalau begitu, bagaimana dengan keluarga miskin yang anggotanya saling mencintai dan berbahagia? Apakah mereka bisa disebut tidak sukses?

Walau sukses itu diperlukan, hidup manusia tidak dimaksudkan untuk sukses. Orang dipanggil untuk setia. Apa artinya menjadi keluarga kaya-raya kalau anggotanya tidak saling bertegur sapa? Untuk apa keluarga itu sukses menumpuk kekayaan, tetapi hidup bersamanya berantakan?

Tuhan tidak pernah menuntut manusia untuk menjadi sukses, tetapi mengundangnya untuk selalu setia. Terutama setia kepada-Nya. Kalau Tuhan yang mengatur seluruh dunia tidak menuntut orang menjadi sukses, untuk apa orang menjadikan sukses tujuan dari hidup ini?

Sukses sering menghancurkan kesetiaan. Tetapi kesetiaan mengantar orang kepada sukses. Karena itu, memiliki komitmen dan setia itu jauh lebih penting daripada menjadi sukses.

Profesi apapun yang dijalani secara tekun dan setia akan membuahkan hidup yang bernilai ("meaningful"). Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk banyak orang.
Bunda Teresa mengajarkan, "Be faithful in small things because it is in them that your strength lies." Setialah kepada hal-hal kecil karena di sanalah kekuatanmu berada.

Salam dan Tuhan memberkati.
Senin, 26 Juni, 2023AlherwantaRenalam 176/2023

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.