1 min dibaca
05 Jan
05Jan
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Untuk menjalani hidup dan mempertahankan eksistensinya, manusia membutuhkan "partner" atau teman yang sepadan. Dia  sesamanya manusia; bukan robot atau hewan piaraan. Allah menciptakan manusia pertama berpasangan, yakni Adam dan Hawa. Maka, manusia mengenal "partner" yang sepadan, walau tidak sama.

Pernikahan menegaskan bahwa manusia itu berpasangan. Pertama, untuk membagi kasih satu sama lain. Kedua, untuk melahirkan keturunan. Ketiga, untuk berbagi suka dan duka hidup. Berpasangan itu membawa berkat dan sukacita ketika dihayati secara benar; sesuai maksud Sang Pencipta.

Di luar perkawinan, ada aktivitas yang melibatkan "partner." Para produsen ber-"partner" dengan konsumen. Ketika mereka saling percaya, relasi bisnis pun awet. Sebagian cabang olah raga dilakukan dengan "partner" yang membuat permainan seru dan menarik. Tinju dan badminton, misalnya.

"Partner" itu, kerap kali, di satu sisi serupa dan sekaligus berbeda. Sama dalam bidangnya. Misalnya, sama-sama petinju. Berbeda kemampuan, tetapi setingkat kelasnya. Petinju yang ingin naik menantang "partner" dari kelas di atasnya. "Sparring partner" saling membantu menuju ke tingkat yang lebih baik.

"Partner" dalam kehidupan rumah tangga pun demikian. Diperlukan gender, sifat, watak dan kecenderungan yang berbeda. Perbedaan itu dimaksudkan untuk membuat masing-masing makin berkembang; bukan sebagai penghalang. Makin bervariasi perbedaannya, makin asyik kisah perjalanannya.

Namun, tak jarang perbedaan menimbulkan ketegangan. Misalnya, perbedaan dalam memahami suatu rencana dan peristiwa. Tatkala perbedaan ini tidak disadari, pasangan terjebak pertengkaran yang bisa berujung pada perceraian. Sebaliknya, bila cerdas mengolah pelbagai perbedaan mereka dihantar menuju keserupaan dan kesempurnaan.

Pandanglah pasangan-pasangan yang serasi. Karena jiwa mereka bersatu dalam suka-duka, untung-malang, sehat-sakit, dan dalam gagal-sukses, paras mereka pun serupa-selaras. Itu hasil perjuangan; bukan hadiah yang turun dari langit. Adalah tugas pasangan untuk membuat hati sejiwa dan wajah mereka serupa.

Rencana Tuhan sungguh indah. Dia menciptakan manusia sebagai pria dan wanita supaya mereka saling melengkapi dan menyempurnakan. Dia bersabda, ”Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej 2:24). Artinya, menjadi utuh dan sempurna. Hal itu dicapai ketika orang senantiasa setia kepada "partner"-nya.

Salam dan Tuhan berkati.
XHCC, 5 Januari 2022AlherwantaRenalam 005/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.