1 min dibaca
23 Oct
23Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Versus berarti melawan atau bertentangan. Roh sering dipertentangkan dengan daging. Banyak yang menganggap bahwa daging (tubuh) itu lebih rendah daripada roh.

Seorang filsuf Yunani kuno berpendapat bahwa tubuh ini adalah penjara jiwa (roh). Konsekuensinya, tubuh perlu disiksa agar roh dibebaskan. Mungkin itu alasannya mengapa orang bermati raga.

"Ojo pijer mangan nendra ing kaprawiran dèn kaésti, pesunen sariranira sudanen dhahar lan guling," demikian sepenggal filsafat Jawa. Intinya, dalam hidup ini hendaknya orang tidak hanya menuruti keinginan makan dan tidur. Keduanya dipandang sebagai tindakan memuaskan daging.

Apakah orang yang sudah demikian ketat mengendalikan tubuh dan keinginannya memperoleh hidup yang bahagia dan sempurna? Rupanya belum. Bukankah matiraga bisa juga menjerumuskan orang dalam kesombongan? Mengaku diri sakti; tahan tidak makan dan minum berhari-hari.

Mengendalikan daging (tubuh) lebih mendalam daripada matiraga. Tubuh yang dimaksud bukanlah daging yang bisa dicubit ini, tetapi tubuh nafsu dan dosa.

Sang rasul agung mengajar, "Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera" (Rom 8: 5-6).

Ajaran ini tidak hanya berbicara tentang mengendalikan badan menyangkut makan dan minum, tetapi nafsu-nafsu jahat yang ada di dalamnya. Nafsu-nafsu itu masih bisa menguasai orang yang kuat matiraganya.
Dalam mengejar hidup menurut Roh (menjadi sempurna) orang memang tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan manusiawinya. Itu membutuhkan rahmat dari Tuhan. Betapa pentingnya berdoa, memohon rahmat-Nya agar berhasil dalam hidup yang diwarnai perang antara Roh versus daging.

Sabtu, 23 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.