1 min dibaca
13 Apr
13Apr
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Tuhan menganugerahi manusia tiga kemampuan mendasar, yakni cipta, rasa, dan karsa. Ketiganya membuat manusia serupa dengan penciptanya.

Manusia itu disebut "co-creator" atau mitra kerja Tuhan dalam mencipta. Karya penciptaan masih berlangsung hingga saat ini. Manusia dilibatkan di dalamnya supaya bumi dan langit menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi penghuninya.

Supaya dapat melakukan itu, manusia dilengkapi dengan karsa. Inilah yang mendorongnya mengeksekusi yang terkandung dalam daya ciptanya.

Agar yang dipikirkan dan dikerjakan itu baik, benar, indah, dan mulia, manusia dianugerahi rasa. Ketika yang dikerjakan itu lahir, dibentuk dan dibimbing oleh daya rasa yang mulia dan benar, hasilnya amat indah dan terasa enak bagi yang menikmatinya.

Itu ditemukan dalam semua lini kehidupan, terutama dalam kebudayaan dan peradaban. Manusia yang tinggi budaya dan peradabannya menghasilkan karya yang mengagumkan. Misalnya, pelbagai kesenian yang bermutu tinggi.

Karya-karya itu dinikmati juga oleh mereka yang memiliki daya rasa yang tinggi dan mulia. Rasa itu bagai mata hati yang memandang dimensi estetika realita di dunia. Di sana, mereka menemukan dan menikmati makna.

Sebaliknya, mereka yang daya rasanya rendah gagal melihat keindahan dan kemuliaan yang tersembunyi dalam realita. Bahkan, mereka membenci hasil karya indah dan mulia. Lebih jahat lagi, mereka menghancurkannya. Orang yang miskin daya rasanya menghasilkan budaya yang miskin pula. Kehancuran.

Manusia modern menghasilkan banyak produk budaya. Sebagian diproduksi secara massal dengan mesin-mesin. Yang lain dibuat secara manual. Yang pertama sering berbiaya murah. Sebagian kualitasnya kasar dan rendah. Sedang yang diproduksi secara manual cenderung lebih halus dan mahal asal dibuat secara mendalam dengan penuh rasa.

Salam dan Tuhan berkati.
SOHK, Rabu 12 April, 2023AlherwantaRenalam 102/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.