1 min dibaca
30 Nov
30Nov
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Hanya ada satu warna putih, tetapi ada banyak maknanya. Ada yang menggunakan warna putih untuk mengungkapkan sukacita. Liturgi Hari Raya Paskah didominasi warna putih, karena itu memang peristiwa sukacita. Namun ada budaya yang meyakini warna putih itu lambang dukacita.

Waktu membuat gua natal tahun lalu, sempat ada ketegangan di antara kami. Apa pasal? Karena karena kami memasang kain putih. Kami percaya natal adalah peristiwa sukacita. Tetapi ada orang Hong Kong yang keberatan, karena putih itu ungkapan kematian. Akhirnya, kain putih itu dilepas.

Dalam bidang rohani dan keagamaan, putih dikaitkan dengan kesucian dan ketulusan. Dalam banyak upacara keagamaan sering digunakan merpati putih; bukan burung hantu. Ada yang mengangap merpati itu melambangkan Roh Kudus dan putih itu tanda kesuciannya.

Waktu di SMA, aku menulis surat kepada kakak mengenai rambut kepala ayah yang mulai memutih. Kakak menjawab bahwa rambut putih itu tanda kebijaksanaan dan keutamaan. Rambut kepala yang memutih menunjukkan pemiliknya lebih matang, berpengalaman, dan bijaksana.

Di Amerika, pernah ada pendapat bahwa hanya orang kulit putih yang bisa menjadi presiden. Bukan hanya warna kulitnya yang dibatasi, agamanya pun juga. Istilahnya WASP alias White Anglo Saxon Protestan.

Di jagad politik Indonesia akhir-akhir ini, warna putih itu heboh. Gara-garanya Presiden Joko Widodo melontarkan sinyalemen tentang pemimpin rakyat yang berambut putih. Pemimpin yang sungguh bekerja untuk rakyat wajahnya berkerut dan rambutnya memutih. Siapa itu? Silakan menafsirkan sendiri.

Lalu beredar foto-foto dari orang-orang yang mencalonkan diri menjadi kandidat presiden 2024 dengan kepala berambut putih. Meski itu gurauan, tentu bisa dimaknai secara rohani dan politis.

Rambut kepala yang memutih itu bukan proses instan. Ada yang rambutnya putih karena banyak berpikir serius dan bekerja keras. Ada pula orang yang menyemir rambutnya menjadi putih. Yang pertama matang lewat perjuangan; sedang yang kedua secara instan. Hati-hati memilih pemimpin. Jangan sampai keliru memilih yang rambut kepalanya putih secara instan. Bisa tidak tulus, karena siapa tahu hatinya tidak benar-benar merah putih.

Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Selasa 29 November 2022AlherwantaRenalam ke-236

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.