1 min dibaca
30 Dec
30Dec
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Benarkah bahwa kualitas hidup manusia bisa ditentukan antara lain dengan pengorbanan? Bukankah sebagian besar manusia dilahirkan berkat pengorbanan? Para ibu siap mempertaruhkan nyawa bagi bayi yang akan dilahirkannya. Sepertinya, hidup ini membahagiakan ketika disertai pengorbanan.

Di satu sisi orang perlu berkorban demi sesamanya; di sisi lain ia membutuhkan pengorbanan dari sesamanya. Tidak semua pengorbanan mempunyai makna yang sama. Nilai suatu korban ditentukan oleh motivasi dan tujuannya.

Semakin tinggi motivasi dan mulia tujuannya, semakin tinggi pula nilainya. Semakin remeh daya dorong dan sasaran yang mau dicapai, semakin rendah pula harga pengorbanannya. Seorang ibu yang menyerahkan nyawa demi anak yang dilahirkannya berkorban untuk alasan yang amat tinggi nilainya. Manusia yang meninggalkan keinginan duniawi demi Allah dan Kerajaan-Nya mewujudkan pengorbanan yang tiada bandingannya. Itulah pengorbanan yang tertinggi nilainya. 

Sebaliknya, mereka yang berkorban demi alasan dan tujuan yang lebih rendah daripada manusia memberikan pengorbanan yang remeh. Misalnya, berkorban demi uang. Bukan berarti uang tidak penting. Menjadikan itu tujuan merendahkan diri manusia. Banyak orang rela mati demi posisi, pangkat, dan kekuasaan. Mereka sering menempuh jalan yang salah.

Meski tampaknya menang, sesungguhnya mereka telah menjadi korban alias pihak yang kalah. Lebih buruk lagi, bila mereka sendiri yang memutuskan secara bebas untuk mau dikorbankan demi tujuan duniawi belaka.

Sebenarnya, kasihan mereka itu. Seharusnya kita mengasihi dan mendoakan mereka. Kadang mereka melakukan sesuatu tanpa menyadari alasan dan tujuannya.

Kembali ke alinea satu. Hidup bersama menjadi semakin baik dan sempurna bila ada orang yang siap berkorban. Artinya, melepaskan sesuatu demi sesuatu yang lebih baik, tinggi, dan mulia daripada manusia. Berkorban untuk hal-hal yang harganya lebih rendah daripada manusia mencampakkkan pelakunya ke dalam posisi kurang terhormat.

Refleksi akhir tahun 2023 menyisakan pertanyaan. Pertama, apakah motivasi dan tujuan pengorbananku selama ini? Kedua, apakah aku berkorban demi hal-hal mulia yang meningkatkan martabat manusia atau sebaliknya?

Salam dan Tuhan memberkati.
Jumat, 29 Desember 2023AlherwantaRenalam 356/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.