1 min dibaca
26 Apr
26Apr
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Memori amat mempengaruhi kehidupan manusia. Masyarakat terus berkembang dalam dinamika waktu (masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang).

Masa lalu yang digali dan diapresiasi akan meninggalkan catatan dan pelajaran penting untuk saat ini dan masa yang akan datang. Itulah manfaatnya belajar sejarah. Tidak mungkin menggali sejarah tanpa memori. Tanpa ingatan orang kehilangan pijakan ke depan.

Pada zaman dahulu, ada pelajaran menghafal di kelas. Mencongak, misalnya, adalah kegiatan menghitung di luar, mengandalkan daya ingat (memori).

Kini, pelajaran menghafal nyaris hilang dari panggung dan proses pendidikan. Semua diambil alih oleh "Mbah Google" dan sedikit-sedikit orang bertanya kepada kakek/nenek cerdas itu.

Namun demikian, dunia intelijen masih menggunakan memori. Tidak mungkin seorang intel hanya mengandalkan google. Banyak sandi yang harus dihafal dan diingat di luar kepala. Di sini, peran memori penting sekali.

Memori membawa tantangan bagi manusia, khususnya bagi mereka yang mengalami masa lalu yang buruk. Anak kecil yang menyaksikan pembunuhan sadis dengan mata kepala sendiri kerap dihantui perasaan ngeri.

Di satu sisi, memori itu amat diperlukan. Di sisi lain, memori juga membawa tantangan. Manusia perlu menggunakannya secara seimbang. Mereka perlu mempertajam daya ingatan yang amat bermanfaat untuk kehidupan. Namun, mereka perlu mencermati memori yang kerap membangkitkan trauma.

Paulo Coelho menulis, "Memories are like salt: the right amount brings out the flavor in food, too much ruins it." (Memori itu seperti garam: dalam jumlah pas mempersedap makanan, kelebihan menghancurkannya). Bersikaplah seimbang antara mensyukuri dan mencermati memori.

Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Selasa 25 April, 2023AlherwantaRenalam 115/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.