1 min dibaca
16 May
16May
Suara Keheningan |RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Ketika pertama kali digunakan, "remote control" membuat orang tercengang. Tidak perlu orang menekan tombol "on off" untuk menyalakan atau mematikan televisi.
Kini, teknologi "remote control" sudah sedemikian canggih. Orang bisa mengendalikan objek-objek tertentu dari jarak amat jauh. Teknologi canggih ini patut dikagumi dan disyukuri.

Sesungguhnya, jauh sebelum teknologi itu ditemukan, bangsa Indonesia sudah menguasainya. Bukankah ada orang yang mampu mengirim benda-benda tertentu dalam jarak yang jauh tanpa perlu menyentuhnya? Dengan mantra dan tenaga dalam benda itu berpindah dengan sendirinya.

Budaya santet, hanyalah salah satu contohnya. Ada pula pelbagai macam pengaruh jahat yang dikirim dan dimasukkan ke dalam diri orang lain (musuh, pesaing bisnis, dan lain-lain) untuk membuat penerimanya tidak berdaya alias patuh terhadap kehendak yang mengirimnya.

Kuasa jahat dan "remote control"-nya itu menyerang siapa pun, termasuk orang beragama dan beriman. Korbannya kebanyakan mereka yang hidup imannya dangkal atau lemah. Para penganut agama KTP, misalnya, lebih rentan jadi korban.

Bagaimana menghadapinya? Seperti serangan musuh dengan pesawat tanpa awak mesti dihadapi dengan senjata tanpa manusia, demikian pula cara menghadapi kuasa jahat yang memakai "remote control" itu.

Kekuatan jahat itu mesti dihadapi dengan tenaga yang amat suci. Mereka yang hendak melawannya perlu menyucikan diri dengan berada dekat atau menyatu dengan sumber kesucian, Tuhan sendiri.

Berdoa tiada henti dan segala laku untuk menyucikan diri dari hawa nafsu tidak teratur membuahkan daya tempur. Berpuasa, berdoa, dan bersedekah menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jangan lelah melawan kuasa jahat dan perangkat "remote control"-nya, karena Allah tidak mungkin dikalahkan oleh setan.

Salam dan Tuhan memberkati.
Senin, 15 Mei, 2023AlherwantaRenalam 135/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.