Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Kapan kejahatan mulai ada? Sulit dicari jawabannya. Kapan kejahatan bakal berakhir? Mungkin ini ranahnya ahli filsafat dan teologi berpikir.
Yang jelas orang merasakan pengaruh kejahatan itu. Lebih-lebih tatkala kejahatan sedang melawan dan hendak menyingkirkan kebaikan.
Pertempuran antara keduanya bisa terjadi dalam satu pribadi. Santo Paulus mengalami pertentangan dalam dirinya (Rm 7: 19). Bisa juga terjadi antar pribadi, antar kelompok; antar bangsa. Bukankah perang itu manifestasi kejahatan di tengah kebaikan?
Orang jahat memang terganggu oleh kebaikan dan keadilan. Karenanya selalu mencoba menyingkirkannya (Keb 2: 12-20). "Hanya melihat dia saja sudah berat rasanya bagi kita," demikian kata orang jahat tentang orang baik dan benar.
Kejahatan adalah realitas tanpa Tuhan. Sang Kebaikan, Tuhan, tidak mungkin menyatu dengan kejahatan. Berbaju agama yang suci sekalipun kejahatan tetap tak ber-Tuhan. Kejam dan mengerikan.
"Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya." (Keb 2: 19). Demikian rencana si jahat terhadap orang benar. Mereka gagal, karena usahanya telah dibutakan oleh kejahatannya (Keb 2: 21).
Itu pula perilaku orang yang menolak dan ingin membunuh Sang Guru Kehidupan. Namun tangan jahatnya gagal mengeksekusinya, karena saatnya belum tiba (Yoh 7: 30). Kejahatan tidak pernah superior atas kebaikan. Tuhan melindungi dan membebaskan orang benar.
Kini kejahatan masih memerangi kebaikan. Lihatlah dunia sekitar! Bukankah banyak pikiran, mulut, tangan dan kaki tercela yang terus menerus menebarkan kejahatan? Orang baik dan benar tidak boleh diam. Mesti melawan kejahatan.
"Never open the door to a lesser evil, for other and greater ones invariably slink in after it." (Baltasar Gracian)*)
Jumat, 1 April 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.
*) Jangan pernah membuka pintu bagi kejahatan kecil, karena yang lebih besar akan menyusup mengikutinya lewat pelbagai cara.