Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Memasuki daerah yang tak dikenal dan serba misterius mengundang rasa takut yang serius. Biasanya orang menghindari tempat-tempat seperti itu.
Salah satu wilayah asing yang membuat sebagian orang takut dan gelisah adalah alam maut. Kubur sering membuat orang kabur.
Sabtu suci dan sepi mengingatkan orang akan alam kubur. Namun kubur dan maut yang tidak menciptakan rasa takut. Sebaliknya, membuat orang percaya bahwa mati tak perlu ditakuti. Ada hal yang perlu direnungkan dalam Sabtu sepi ini.
Pertama, Yesus yang wafat di kayu salib tidak berakhir hidup-Nya. Sebaliknya, Dia justru memperoleh kemenangan (bdk Yoh 12: 32). Salib itu pintu masuk ke dalam kemuliaan dan membuat kita bangga (bdk Gal 6: 14).
Kedua, Yesus tetap berkarya. Bahkan melakukan karya amat besar. Dia turun di antara orang mati (bdk Credo). Masuk ke tempat yang paling ditakuti, yakni neraka. Di sana Dia menawarkan pengampunan yang tidak tersedia sebelum wafat-Nya kepada jiwa-jiwa yang belum (tidak) bertobat. Dia menawarkan kehidupan. Ini kodrat Allah; menghidupkan.
Ketiga, orang diajak mengenangkan dan mensyukuri pengorbanan Yesus, tetapi juga pengorbanan yang pernah diterima, terutama dari para leluhur dan mereka yang telah wafat.
Walau pada sepanjang pagi hingga Malam Paskah Gereja tidak merayakan ibadah atau misa, orang diajak merenungkan makna korban dan kematian Yesus yang segera berujung pada kemenangan. Sepi dan sunyi itu bisa tetap produktif.
Bersama Yesus yang wafat dan masuk ke alam maut orang diajak untuk berseru kepada Allah yang mampu membangkitkan orang mati. Mereka yang percaya akan hal ini tidak perlu takut masuk ke alam maut.
Sabtu Sepi, 16 April 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.