1 min dibaca
13 Apr
13Apr
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dahulu, ketika mengambil kursus bahasa Italia, aku tinggal di komunitas Karmel di Florensia (Firenze). Komunitas itu terdiri dari para romo Karmel dan beberapa keluarga Katolik.

Anggotanya lebih dari 20 orang. Usianya bervariasi: dari bayi yang belum berumur setahun hingga orang tua yang sudah pikun. Namun, suasananya harmonis, tenang, damai, dan penuh sukacita.

“Extended family” seperti ini jarang; apalagi di Eropa. Sebagian "nucleus family" saja bubar. Menarik bahwa di sana ada empat romo (3 romo tua dari Italia dan 1 romo muda dari Afrika). Anggota keluarga lainnya menganggap mereka sebagai pembimbing rohani.

Setiap hari mereka berdoa dan makan bersama. Anak-anak kecil mendapat pembinaan iman yang bagus. Misalnya, dipercaya memimpin doa-doa makan secara bergantian.

Banyak syarat dan perjuangan dalam menciptakan keluarga demikian. Pertama, pengertian. Yang tua memahami yang jauh lebih muda; bahkan romo-romo tua itu menikmati teriakan riuh anak-anak kecil yang berlarian selama perjamuan makan. 

Kedua, pelayanan. Mereka yang setengah usia melayani yang lanjut usia; terlebih mereka yang sakit. Ketiga, perhatian. Anggota keluarga yang bekerja di luar selalu pulang ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya.

Keempat, hidup rohani. Para romo mendampingi perkembangan rohani mereka. Setiap hari mereka berdoa bersama; sebagian melakukan meditasi pagi di kapel kecil. Kelima, bekerjasama. Secara bergantian masing-masing keluarga menyiapkan makanan-minuman yang dinikmati oleh seluruh keluarga besar. Penghasilan mereka pun digunakan bersama dan dilaporkan secara transparan.

Di tengah krisis keluarga yang mengalami perpecahan (orangtua tidak punya waktu untuk anak-anak, suami jarang bertemu isteri, dan acara bersama makin mahal dan langka), keluarga di kotanya Galileo Galilei ini memberikan inspirasi bernilai. Ternyata, hidup bersama dalam keluarga harmonis bisa dikembangkan ketika orang mau mengerti, melayani, memperhatikan, mengembangkan hidup rohani, dan bekerjasama.

Cinta dan pengorbanan tidak boleh absen dari keluarga. Jika keduanya tumbuh berkembang, membangun keluarga harmonis itu masih mungkin. Keluarga-keluarga demikian melahirkan masyarakat yang tenteram dan damai, karena “The family is the first essential cell of human Society.” *) Demikian kata Paus Yohanes XXIII.

SOHK, Kamis 13 April, 2023AlherwantaRenalam 103/21
*) Keluarga adalah sel pertama dan utama dari masyarakat.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.