1 min dibaca
22 May
22May
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Barangkali hanya sedikit orang yang menyadari bahwa kehidupan ini digerakkan dan dikendalikan oleh dua motivasi dasar, yakni lapar dan haus. Itu bukan hanya menyangkut hal-hal jasmani, tetapi juga rohani. Semua menyangkut kebutuhan manusia.

Abraham Maslow mencetuskan teori hirarki kebutuhan manusia. Ada lima kebutuhan, mulai dari yang paling dasar hingga yang tertinggi. Kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih, harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Rasa lapar dan haus akan makanan dan minuman mendorong orang untuk bekerja memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi pangan, sandang, dan papan.

Tercukupi tiga kebutuhan di atas itu saja tidak cukup. Manusia juga lapar dan haus akan rasa aman secara fisik dan emosional. Bukan sekadar aman dari gangguan orang lain, melainkan rasa aman dalam hati (batin).

Sedang kebutuhan akan kasih meliputi "love and belonging." Ada orang yang karena rasa lapar dan hausnya akan cinta tidak terpenuhi, lalu bertingkah laku "anèh-anèh." Relasi personal dengan sesamanya terganggu. Jadi orang sulit, istilahnya.

Pada satu tingkat di atasnya, manusia membutuhkan penghargaan ("self-esteem"). Bukan dihargai dengan diberi barang atau uang, melainkan pengakuan atas diri dan hidupnya. "Recognition" ini penting, karena tanpa penghargaan orang merasa dilewati atau tidak diperhitungkan.

Akhirnya, orang memiliki rasa lapar dan haus akan aktualisasi diri. Misalnya, orang melakukan pekerjaan sosial (menolong orang miskin, sakit dan lapar) tanpa dibayar. Itu dilakukannya bukan untuk mendapat uang atau penghargaan, melainkan sebagai panggilan jiwa. Mereka mengaktuslisasikan diri dengan menolong sesamanya.

Pada tingkat kebutuhan yang mana aku sekarang ini? Bagaimana pengaruhnya terhadap hidupku?

Salam dan Tuhan berkati.
SOHK, Senin 22 Mei, 2023AlherwantaRenalam 142/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.