1 min dibaca
18 Nov
18Nov
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Penyelenggaraan KTT G20 di Bali yang sukses dan amat memukau itu patut membuat kita, bangsa Indonesia, bangga dan bersyukur. Berkat kepemimpinan seorang presiden yang bijaksana dan rendah hati hal seperti itu bisa terselenggara.

Kita yang menyaksikan acara itu maklum bahwa perhelatan sebesar itu (kelas dunia) tentu merupakan kerja sama banyak tim. Mulai dari kementerian, TNI dan Polri, pemerintah daerah, masyarakat setempat, dan panitia penyelenggara serta pendukungnya. 

Mereka yang terlibat dalam kerja sama itu telah dipersiapkan jauh-jauh hari; bukan hanya saat Indonesia ditunjuk sebagai ketua G20 di Roma, tahun lalu.

Mayoritas dari mereka dilatih bekerja sama dalam keluarganya masing-masing. Bukankah keluarga merupakan sekolah kerja sama yang paling awal dan dasar? 

Di sana, suami-isteri memulai lembaga dasar masyarakat dalam kerja sama berdasar cinta. Anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkan menambah jumlah, variasi, dan bentuk kerja samanya.

Kerja sama itu menuntut beberapa sikap dasar yang penting seperti saling percaya, keterbukaan, menerima perbedaan, saling memahami dan melengkapi. Memaklumi kelemahan sesama yang bukan dijadikan penghambat, melainkan kesempatan membantu.

Kepekaan terhadap yang lemah dilatih di sana. Mereka yang kuat tidak mem-"bully" yang lemah. Di samping itu, pembagian kerja ikut membentuk sikap kerja sama. Waktu kecil aku sering diberi tugas menyapu jalan di depan rumah. Saudaraku ada yang harus mengisi bak mandi dengan menimba air (waktu itu belum ada pompa listrik).

Negara Kesatuan Republik Indonesia juga merupakan satu keluarga besar. Terdiri dari jutaan keluarga. Jika setiap keluarga itu menanamkan sikap terbuka, saling menerima perbedaan, dan bekerja sama, ketika terjun dalam masyarakat mereka akan terbekali dengan sikap-sikap itu.

Sebaliknya, jika dalam keluarga anak-anak dilatih menjadi eksklusif, diskriminatif, intoleran, dan membenci perbedaan, betapa sulitnya membayangkan mereka akan bisa menjadi manusia yang secara alamiah bekerja sama. Ketika menjadi pemimpin, mereka tidak mungkin mengayomi semua orang.

Kerja sama dan sikap terbuka membuat Indonesia maju berkembang, kokoh kuat, dan berjaya. Modalnya antara lain manusia yang cerdas dan bijaksana, ramah dan terbuka, punya rasa percaya diri tanpa jadi sombong. Tanggung jawab menanamkan kebiasaan bekerja sama itu mendesak selalu disadari dan diwujudkan.
Salam dan Tuhan memberkati.

SOHK, Kamis 17 November 2022AlherwantaRenalam ke-224

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.