1 min dibaca
19 Jan
19Jan

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Bahwa orang kecil, miskin dan terpinggirkan sering disepelekan itu biasa. Jauh lebih mudah berpihak pada kaum kaya dan berkuasa daripada membela yang lemah.

Sikap itu tentu beralasan. Banyak orang kaya dan berkuasa kerap memberikan jaminan. Tidak jarang mereka berperan sebagai "back-up" bila orang biasa menghadapi masalah. Ada pula yang nyaris berlagak sebagai "penyelamat" bagi mereka.

Namun tak jarang orang kecil dan kaum lemah memberikan kejutan saat masyarakat berada dalam situasi krisis. Seakan mereka menunjukkan kekuatan yang selama ini mereka simpan.

Perkelahian antara Daud dan Goliat menjadi contoh menarik yang amat populer tentang hal itu (1 Sam 17: 40-51). Goliat yang gagah perkasa dan dilengkapi persenjataan serba hebat memandang remeh Daud yang bak anak ingusan; datang menghadapinya dengan tongkat dan ketapel.

Sama sekali tak terduga bahwa Daud dengan sangat mudah menumbangkan lawannya; hanya dengan batu dan pengumban. Akhirnya, dia menghabisi Goliat dengan menggunakan pedang yang dibawa Goliat. Dia membuat seluruh pasukan lawan tunggang langgang.

Demikianlah kiranya, tatkala Tuhan menampakkan kekuasaan-Nya dalam diri orang lemah. Sekuat dan sehebat apapun yang dimiliki para musuh, mereka akan jatuh. Dalam sejarah hal serupa sering berulang.

Mereka yang belajar dari sejarah akan paham tentang kekuatan Allah. Sebaliknya, mereka yang mengabaikan sejarah akan terus mengulang langkah yang salah.

Orang yang kuat bersenjata seperti Goliat saat menghadapi lawan yang mengandalkan Tuhan akan tamat dalam waktu singkat. Tetapi mereka yang mengandalkan Tuhan takkan terkalahkan. Di sanalah kekuatan kaum kecil.
"The power of God is an unshakeable tower, which humanity rely on" (Gift Gagu Muna).

Rabu, 19 Januari 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.