1 min dibaca
04 Jun
04Jun
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Gunung-gunung tidak hanya indah dipandang. Didaki pun mereka menantang. Ada banyak pelajaran dari mendaki gunung.

Sebelum berangkat, melihat tingginya ada yang gamang. Sementara yang lain malah merasa tertantang. Bahwa bekal dan peralatan perlu dibawa itu jelas. Sedia payung sebelum hujan.

Mendaki gunung itu lebih dari menapakkan kaki, mengatur nafas, dan menikmati alam. Sambil berjalan orang bisa berbagi cerita. Baik juga mendaki sambil bermeditasi; berwawancara dengan diri sendiri. Introspeksi.

Bersama teman mendaki gunung orang bisa belajar peduli satu sama lain. Bukan hanya berbagi cerita, tetapi juga bekal, waktu dan perhatian. Kerja sama.

Orang bisa pula menggali makna rohani dari mendaki. Waktu masih berada di bawah, orang tidak melihat pemandangan indah. Demikian pun waktu sedang berjalan di antara pepohonan.

Tatkala tiba di atas, pendaki bisa menikmati cakrawala nan luas. Angin segar dan panas matahari seakan tak terhalangi. Lebih dari itu, pemandangan yang indah membentang dapat dinikmati sepuas-puasnya.

Mungkin hanya sebagian dari pembaca yang pernah mendaki gunung. Namun, setiap orang sebenarnya pernah mendaki gunung. Minimal gunung kehidupannya sendiri. Bisa pula gunung karir atau sukses hidupnya.

Tatkala masih baru mau mulai dan berada di bawah, ada yang merasa gamang dan kurang percaya diri bisa mencapai puncak. Dalam perjalanan sering merasa tak melihat keindahan. Bosan. Tetapi mereka yang tekun akan mencapai sukses; bak menikmati pemandangan indah dari puncak gunung.

SOHK, Jumat 3 Juni 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm  Renalam ke-58

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.