1 min dibaca
26 Jan
26Jan
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Emosi positif amat diperlukan saat orang mau membangun hidup sehat. Bagaimana caranya membangun emosi positif? Salah satu jawabannya ialah mengampuni.

Langkah awal mengampuni itu sederhana. Mengatakan, ”Allah mengampuninya; aku pun mengampuninya." Lalu berdoa semoga dia (mereka) baik-baik saja.

Cara ini menghapuskan rasa marah dari dalam hati yang terlukai; melawan pikiran negatif. Siapakah yang harus diampuni? Minimal ada empat kelompok.

Pertama, mengampuni orangtua, baik yang masih hidup maupun sudah wafat. Jika seseorang kini menikmati hidupnya, dia mesti mengampuni orangtuanya. Yang tidak mengampuni orangtuanya akan terus-menerus melihat dirinya sebagai korban (objek).

Kedua, mengampuni orang-orang terdekat (suami, isteri dan anak-anak). Mereka pernah melukai atau menyebabkan hal yang tidak diharapkan. Perkawinan atau relasi yang sangat intens bisa membahagiakan, sekaligus menyakitkan. Yang terlibat di dalamnya sering ikut menyebabkan situasi negatif itu. Karenanya, mesti ikut bertanggungjawab dengan mengampuni.

Ketiga, mengampuni semua orang yang telah melukai (majikan, "partner business" atau teman yang mungkin mengkhianati). Katakan, ”Aku mengampuni mereka dan aku berharap mereka baik-baik saja.” Mengulanginya setiap kali rasa ingin membalas dendam muncul akan membangun emosi positif.

Akhirnya, memaafkan diri sendiri. Ini tersulit. Kesalahan, kejahatan dan semua hal buruk yang telah dilakukan harus ditinggalkan. Hidup pada hari ini berbeda dari hidup di masa lalu. Membawa semua keburukan masa lalu membebani masa kini. Dengan mengampuni diri sendiri orang memusatkan perhatiannya ke depan.

Mengampuni berarti dibebaskan. Lewis B. Smedes berkata, ”To forgive is to set a prisoner free and discover that the prisoner was you.” (Mengampuni itu membebaskan seorang tahanan, dan menemukan bahwa si tahanan itu dirimu sendiri).

SOHK, Rabu 25 Januari 2023AlherwantaRenalam 025/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.