1 min dibaca
19 Oct
19Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Kejahatan, dosa dan kematian menjadi bagian dari misteri kehidupan. Teka-teki yang belum seluruhnya terjawab hingga kini.

Manusia menghadapi dan mencoba menjelaskan misteri itu dengan pelbagai cara. Para filsuf dan teolog mencari jawaban lewat pemikiran ilmiah-akademis.

Ada jalan lain yang ditempuh untuk menghadapinya. Banyak suku yang mempersembahkan korban penebus dosa. Ada pula yang melakukan upacara ritual pembebasan diri dari kejahatan dan akibat buruk yang menyertainya. "Ruwatan" di kalangan masyarakat Jawa, misalnya.

Semua dilakukan dengan daya manusia yang lemah dan terbatas. Seakan mereka mampu menghadapi kekuatan dahsyat yang melampaui kemampuannya. Apakah manusia dapat membebaskan diri dari kejahatan dan dosa hanya dengan mengandalkan kekuatannya? Tentu tidak.

Syukurlah, Tuhan tidak membiarkan manusia sendirian. Sebagaimana dosa dan maut datang menguasai dunia oleh karena pemberontakan satu manusia (Adam), demikian pula Tuhan membebaskan mereka dari sana lewat ketaatan seorang manusia (Yesus Kristus). Itulah yang Santo Paulus ajarkan lewat suratnya kepada jemaat di Roma (Rm 5: 12, 15b, 17-19, 20b-21).

Semua upaya manusia tetap diperlukan. Namun mengandalkan daya manusiawi belaka tidak akan sepenuhnya membebaskan manusia.

Karena itu, untuk dapat lepas dari dosa dan kematian manusia membutuhkan rahmat, yakni kasih dan pengampunanTuhan. Dari manusia diharapkan sikap terbuka dan siap sedia seperti seorang hamba yang berjaga menantikan kedatangan tuannya (Luk 12: 35-38).

Sejauh mana manusia sungguh menyadari kelemahannya dan dengan rendah hati menerima rahmat Tuhan? Siapakah yang masih menganggap diri mampu membebaskan diri sendiri tanpa rahmat ilahi? Dosa takkan dapat dihapuskan tanpa rahmat Tuhan.

Selasa, 19 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.