1 min dibaca
29 Nov
29Nov
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dalam masyarakat yang warganya selalu sibuk sehari suntuk, diam menjadi realita dan kebutuhan langka. Betapa sulitnya mengajak orang untuk diam.

Diam mempunyai pelbagai makna. Tidak berbicara berarti diam. Bisa negatif, bisa positif. Diam alias saling tidak bertegur sapa karena marah, sakit hati, dan sejenisnya termasuk diam negatif.

Sedangkan diam positif bisa dilakukan pada saat orang melakukan latihan rohani seperti doa batin, meditasi, retret atau bertapa. Di sana diam itu amat produktif.
Salah satu retretan yang meminta bimbingan rohani ("spiritual direction") membagikan pengalaman retret yang pertama kali dijalani. Sebelum berangkat, dia menyangka bahwa menyepi di rumah retret dan diam hanyalah membuang waktu. Maka, dia membawa laptopnya dan di tengah retretnya dia masih menyelesaikan pekerjaan kantornya.

Setelah mengalami keheningan dan diam, dia bersyukur boleh mengadakan retret. Ternyata, diam itu menghasilkan banyak sekali. Dia bisa melihat diri, sesama, dan pekerjaannya secara baru. Diam itu memperkaya. Benar kata Jalaluddin Rumi, "Listen to silence. It has so much to say." (Dengarkanlah keheningan. Ada begitu banyak yang dikatakannya).

Walau di rumah retret terpasang banyak tulisan yang mengingatkan orang untuk diam dan menjaga keheningan, tidak semua yang datang retret bisa menaatinya. Para retretan dari gereja Kristen pada umumnya lebih menyukai keheningan. Sedang yang Katolik cenderung ramai. Sulit diam.

Mengapa demikian? Seorang teman berseloroh. Yang Kristen selalu beribadat dengan bernyanyi, bertepuk tangan, dan bersorak sorai. Ramai. Maka, waktu retret mereka tenang dan diam. Sementara yang Katolik waktu misa banyak diam. Lagu sudah dinyanyikan petugas koor, doa dan bacaan sudah dibawakan imam serta petugasnya. Maka, waktu retret mereka ramai.

Apa pun agama yang dianut orang, diam itu penting. Orang perlu berhenti dari kerjanya. Diam. Orang kadang dituntut untuk tidak bicara. "Diam itu emas," kata orang. Namun, diam di hadapan kejahatan dan ketidakadilan bisa berarti menyetujui dan membiarkannya terjadi. Waktu itu, orang tidak boleh diam.

Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Senin 28 November 2022AlherwantaRenalam ke-235

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.