Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Ada yang menarik dari kisah injil hari ini (Yohanes 5:1-15). Yesus melipatgandakan lima roti dan dua ekor ikan untuk membuat lima ribu orang kenyang. Itu tentu mukjizat yang luar biasa. Setelah semua orang kenyang, ternyata ada kelebihan makanan.
Fakta ini menegaskan bahwa Tuhan tidak pernah kekurangan persediaan makanan bagi manusia. Dia menyediakannya secara berlimpah-limpah. Semoga kita senantiasa percaya bahwa Tuhan itu sungguh maha kuasa dan dapat mencukupi kebutuhan hidup kita. Yang sungguh percaya tidak akan berkekurangan.
Masih ada hal menarik dari kisah ini. Yesus berpesan kepada para murid-Nya, "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih, supaya tidak ada yang terbuang" (Yohanes 6:12). Sabda ini sungguh dalam maknanya dan relevan direnungkan. Minimal ada dua hal yang bisa kita renungkan.
Pertama, Tuhan itu Sang sumber rejeki dab Dia memiliki sifat "gemi, nastiti, lan ngati-ati" (bahasa Jawa). Artinya, hemat, cermat, dan hati-hati. Dalam konteks kisah hari ini, Tuhan amat menghargai yang diciptakan-Nya. Dia tidak membiarkan yang telah diciptakan-Nya terbuang sia-sia.
Kedua, sabda itu mengingatkan kita agar menghargai rejeki yang Tuhan berikan kepada kita. Sebutir nasi pun jangan sampai terbuang dari piring kita. Apalagi ketika kita sendiri yang mengambilnya ke dalam piring. Faktanya bagaimana?
Ada begitu banyak orang yang dengan mudah membuang makanan, khususnya ketika makan di warung atau restoran. Lebih parah lagi, saat orang menikmati makanan di "all you can eat restaurant." Ada yang menggunakan "aji mumpung" dan mengambil makanan segunung. Dia tidak mampu menghabiskan, lalu dengan seenaknya membuang makanan itu.
Paus Fransiskus menyatakan bahwa membuang makanan berarti merampas makanan dari kaum miskin. Jauh-jauh hari sebelum Paus menyatakan hal itu, Tuhan Yesus sudah mengingatkan agar orang tidak membuang makanan. Namun, kita ini sudah terlanjur hidup dalam "food waste culture" atau budaya membuang makanan. Budaya itu melanggar keadilan dan melawan ajaran Tuhan. Sadarkah kita akan hal itu?
Jumat, 2 Mei 2025HWDSF