1 min dibaca
04 Nov
04Nov
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Banyak agama menolak berhala. Agama samawi (Yahudi, Kristen, dan Islam) amat tegas melarang orang menyembah berhala. Perbuatan itu tidak hanya menduakan Tuhan, tetapi menggantikan Dia dengan apa pun yang bukan Tuhan. Dosa besar!

Ada pelbagai macam berhala. Pertama, berhala berbentuk benda mati seperti batu, patung, dan benda material lain yang bisa disembah sebagai pengganti Tuhan. Bahkan ada pohon beringin yang ditakuti dan diberi sesaji.

Kedua, berhala yang dirumuskan dalam bentuk ajaran atau ideologi. Para pendukung ideologi yakin bahwa ajarannya dapat menyejahterakan manusia. Demikian yakin, sehingga dengan amat tega mereka menghabisi semua orang yang menolak atau melawannya. Perang antar penganut ideologi hingga kini masih terjadi. Berapa juta orang telah mati akibat perang ideologi?

Ketiga, ini yang paling berbahaya, yakni berhala dalam bentuk manusia. Banyak orang yang memuja-muja manusia seakan Tuhan. Ketika perilaku tokoh tersebut jahat, masih disanjung puji oleh para pengikutnya yang seakan buta dan tuli. Membabi buta (sudah babi, buta lagi. Wow!).

Dalam zaman digital dan virtual yang amat mengandalkan media sosial, berhala berbentuk manusia bisa menjebak siapa saja. Produk media sosial sebagian diarahkan untuk menonjolkan diri sendiri (foto dan video). Di sana, orang tampil untuk mendapat "like" sebanyak-banyaknya. Makin banyak yang "like" makin baik. Amat bangga!
Secara tidak sadar orang menganggap dirinya pusat. Pada waktu ibadah, saat seharusnya menyembah Tuhan, orang malah berfoto "selfie" (foto diri). Tuhan nomor dua, aku nomor satu. Alamak!

Di tangan para politisi busuk tiga berhala itu dikombinasi, lalu dimanipulasi. Orang diajak menyembah uang (komersialisasi politik dan politik dagang sapi). Mereka juga diajak memuja tokoh (agama) tertentu yang punya massa untuk memenangkan kepentingan politik. Akhirnya, keduanya digunakan untuk memenangkan ideologi tertentu. Yang paling tren sekarang, kapitalisme dan neoliberalisme. UUD (ujung-ujungnya duit).

Sebagian orang mengkritisi agama orang lain yang dituduhnya menyembah patung atau berhala). Sementara, tanpa sadar mereka menjadikan ideologi, tokoh, dan uang sebagai berhala yang dianggapnya paling penting. Tuhan sudah tidak penting; diganti dengan berhala. Bagaimana tanggapan anda?

Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, 4 November 2022AlherwantaRenalam ke-2011

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.