1 min dibaca
26 Nov
26Nov
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Ada awal, ada akhir. Suatu saat manusia akan menghadapi "ending" dirinya. Pelbagai macam cara ditempuh. Ada yang menghabiskan uang miliaran rupiah untuk menunda kematiannya. Sebagian yang harus pasrah kepada maut, karena tidak berdaya ketika dia datang menjemput.

"Ending" manusia tidak membedakan suku, agama, ras, golongan, atau kekuasaan yang dipegang manusia. Sekelompok orang yang pada masa lalu berjaya dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi pun suatu saat mesti menghadapi "ending" yang menjemputnya. Mereka tak mampu menolak "ending" yang bakal merampas segala kenyamanan yang telah berpuluh-puluh tahun amat enak dinikmati.

"Ending" duniawi membuat orang ngeri. Hilangkan gengsi dan merampas nikmatnya kuasa. Betapa tidak nyaman kehilangan kekuasaan politik dan ekonomi. Namun, itu semua cepat atau lambat bakal terjadi. Tidak mungkin dihindari. Yang serba duniawi akan lenyap. Semua itu tidak abadi.

Akhir dari dunia ini memang menakutkan, karena semua kemegahan dan kekuatan dunia yang manusia andalkan dan banggakan dihancurkan. Mati. Apakah itu berarti akhir dari segalanya?

"Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya" (Lukas 21: 27). Kekuasaan Allah tidak berakhir. Karena itu, siapapun yang sungguh mengandalkan Dia akan menikmati hidup sejati.

Inilah pesan-Nya kepada mereka yang percaya kepada-Nya, "Apabila semuanya itù mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat" (Lukas 21: 28). Akhir dunia bukan masalah bagi mereka yang percaya kepada Allah. Itulah saat tepat untuk menyambut penyelamatan-Nya.

Bagi mereka yang sibuk mempertahankan diri dalam kekuasaan politik dan ekonomi, "ending" itu menakutkan dan mengerikan. Mereka menempuh pelbagai cara untuk menyelamatkan dirinya. Orang dan cara jahat pun digunakan. Mereka yang menjadikan dunia ini "berhala" akan binasa bersamanya. Semua upaya tak akan sanggup menghadang si "ending" tiba. Demikian sejarah telah mengajarkan dan Tuhan jauh-jauh hari sudah mengingatkan.

"Life is pleasant. Death is peaceful. It's the transition that's troublesome," kata Isaac Asimov.*) Bagaimana selama ini aku mempersiapkan "ending"-ku? Manakah cara yang kupilih: yang menjanjikan atau menakutkan?

Salam dan Tuhan memberkati.
Minggu, 26 November 2023AlherwantaRenalam 323/23
*) Hidup itu menyenangkan. Mati berarti bebas dari gangguan. Itulah perpindahan yang tidak nyaman.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.