Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Dua hal di atas terkait erat dengan proses pendidikan. Yang dimaksud dengan pendidikan di sini bukan hanya pendidikan dalam keluarga atau di sekolah. Pendidikan pada dasarnya adalah proses sepanjang hidup.
Ada perdebatan dan sikap yang berbeda tentang hukuman dan disiplin. Hal itu tampak dalam praktik pendidikan di lapangan.
Sebagian orangtua enggan atau takut menghukum anaknya yang bersalah. Lebih-lebih para orangtua yang hidupnya dahulu susah. Mereka ingin memberikan hidup yang enak dan nyaman untuk anak-anaknya. Mereka kasihan melihat anaknya menderita. Karena itu, harus dibebaskan dari hukuman dan disiplin.
Ada kalanya hukuman dan disiplin diberikan. Apa yang membedakan keduanya? Lalu, apa gunanya hukuman dan disiplin?
Hukuman itu terkait dengan sesuatu yang sudah terjadi, khususnya kesalahan atau kelalaian. Orang mempertanggungjawabkan perbuatannya di sana. Hukuman itu memberikan pelajaran.
Sedang disiplin itu berorientasi ke masa depan. Orang dilatih untuk berdisiplin agar memiliki kualitas hidup yang baik, benar, tangguh, dan bertanggungjawab.
Mengingat pendidikan itu proses membentuk karakter, tanpa disiplin pendidikan gagal membuahkan manusia berkarakter positif-konstruktif. Keluarga dan sekolah yang tanpa disiplin menghasilkan manusia yang lemah dan cenderung sesukanya.
Lebih celaka lagi, mereka bisa menjadi manusia yang tidak mampu melihat kesalahan sendiri dan suka mencari kambing hitam. Manusia demikian mudah menciptakan "chaos" dalam masyarakat. Jadi, bagaimana selama ini kita memahami dan mempraktikkan hukuman dan disiplin?
GSFK, Selasa 18 April, 2023AlherwantaRenalam 108/23