3 min dibaca
Cara Bijak Itu Mendoakan atau Mengutuk Israel- Palestina?

Suara Keheningan | Ino Sigaze

Baca Artikel aslinya di sini: Cara Bijak Itu Mendoakan atau Mengutuk Israel-Palestina? Halaman 1 - Kompasiana.com 

Bijak untuk Isarel dan Palestina saat ini, jika kita yang jauh berdoa untuk perdamaian keduanya.

Sejarah panjang tentang hubungan Israel dan Palestina tidak cukup jelas diketahui siapa saja di Indonesia ini hanya dengan membaca berita dan video-video yang beredar. Saya sebenarnya tidak berani juga untuk menulis tentang keduanya. Meneropong hubungan Israel dan Palestina dari jauh itu sungguh hal yang bisa jadi salah, apalagi kalau sampai pada kesimpulan tertentu siapa yang salah dan siapa yang benar.

Salah paham Israel dan Palestina sebenarnya bukan hal baru lagi. Karena itu, persoalan yang terjadi sekarang bisa saja ada hubungannya dengan persoalan sebelumnya atau pada masa lalu.

Sekali lagi semuanya samar-samar bagi saya tentunya. Masing-masing media punya kepentingan. Karena itu, tidak heran pula bahwa kita menemukan versi berita dan opini yang berbeda-beda.

Pertanyaannya, siapa sih yang pernah lama tinggal di sana sehingga bisa betul merasakan suasana, emosi, perasaan baik itu orang Palestina maupun orang Israel? Rasanya tidak banyak atau ada namun dalam waktu yang sangat singkat, seminggu atau dua minggu sebagai peziarah atau dalam urusan kunjungannya lainnya. Tentu, kurun waktu sebagai peziarah sangat tidak cukup untuk mengenal keduanya.

Maksud saya siapa sih yang pernah mengenal baik sekali orang Israel dan orang Palestina itu, kebanyakan dari kita hanya mengenal salah satunya saja kan?Kalau demikian, bagaimana kita harus mengatakan tertentu secara tegas seakan-akan ada yang benar-benar sebagai pihak yang salah. 

Lebih parah lagi sebagian orang Indonesia ada juga yang begitu cepat menyimpulkan dengan konklusi yang bisa saja konyol.Mengapa semua hal yang terjadi terkait Israel dan Palestina ditafsir sebagai persoalan agama? Aneh dan sangat aneh. Persoalan kemanusiaan, sosial dan politik selalu saja dikonversi dengan gampang oleh orang-orang yang tidak pernah tahu dengan baik sejarah panjang hubungan Israel dan Palestina.Saya tidak membela siapa-siapa. 

Mengapa? Saya pernah 10 hari di sana sebagai peziarah dan merasakan hubungan persaudaraan antara keduanya. Bahwa ada pemeriksaaan masuk di wilayah Israel ya itu pasti, tetapi bahwa mereka di beberapa daerah tertentu hidup bersama juga ada.

Bahkan mungkin hubungan sehari-hari keduanya jauh lebih rukun dibanding orang Indonesia sendiri. Coba hitung berapa kasus bom bunuh diri, berapa kasus bom gereja, berapa kasus penyerangan kepada pos-pos keamanan di seluruh daerah di Indonesia.

Saya kira sebagian besar orang Indonesia tidak melihat itu sebagai persoalan agama, tetapi soal salah paham sehingga masuk kedalam ranah radikalisme. Orang sampai tidak bisa bedakan lagi mana ajaran agama yang benar, yang menjunjung nilai-nilai kehidupan dirinya dan orang lain.

Kalau toh di tanah air masih begitu parahnya, mengapa kita repot dan sewot dengan hubungan orang lain dalam hal ini Israel dan Palestina. Kalau saya lebih melihat itu persoalan rumah tangga mereka yang berdampak pada kemanusiaan.

Solidaritas apa pun dari kita, mungkin hanya tepat kalau ditempatkan dalam ranah kemanusiaan dan perlu ditegaskan bukan terkait agama. Nah, rupanya persoalan salah paham dan salah tafsir ini semakin merebak ke mana-mana.

Meskipun ini sebatas pengamatan pribadi, akan tetapi saya pikir sangat penting jika kita bertanya cara apa yang bijak dari kita untuk menanggapi terkait hubungan Israel dan Palestina saat ini.

Ada 3 langkah bijak:

1. Opini yang mencerdaskan cara pandang

Opini seperti apa yang mencerdaskan cara pandang masyarakat Indonesia saat ini, khususnya agar tidak mudah terprovokasi situasi. Saya kira opini tentang kepedulian pada persoalan kemanusiaan di sana.Kita solider terkait kemanusiaan umumnya dan bukan karena kelompok tertentu. 

Karena itu, penting terkait hubungan Israel dan Palestina adalah opini tentang nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan universal dan tentang perdamaian. Selain dari opini tentang kemanusiaan, persaudaraan dan perdamaian, saya tidak terlalu yakin bahwa akan menyelesaikan dan memulihkan kembali hubungan antara keduanya.

Lagipula, kita tidak mungkin bisa pergi ke sana, makanya langkah bijak adalah kita bicara dan berharap tentang persaudaraan dan perdamaian, agar bias keretakan hubungan keduanya tidak merebak ke mana-mana.

Lebih baik dilakukan lobi politik untuk rekonsiliasi daripada lobi-lobi lain untuk mengirimkan pasukan mendukung salah satu pihak. Bijaksana jika kita memberi ruang harapan agar tercipta kembali damai dan persaudaraan di sana.

2. Perlunya gerakan doa bersama untuk mendoakan Israel dan Palestina

Gerakan doa ini sangat penting karena bagaimanapun orang perlu yakin bahwa kekuatan terdahsyat yang bisa mengubah manusia adalah kekuatan dari Tuhan.

Gerakan doa mungkin paling aman daripada gerakan partisipasi fisik lainnya. Saya pikir siapa saja perlu merasa terpanggil untuk mendoakan hubungan Israel dan Palestina saat ini.

Karena hal yang penting bagi masyarakat Indonesia saat ini adalah mendoakan keduanya dan bukan mengutuk, apalagi memberikan komentar-komentar tidak sedap di media sosial.Komentar dan kutukan kita sudah pasti tidak mengubah keadaan di sana secara cepat. 

Yang mereka butuhkan sekarang tentu hati yang teduh dan tumbuhnya rasa ampun bahwa mereka semua adalah saudara.Rahmat untuk mengubah hati manusia yang batu itu datang dari Tuhan, jadi berdoa memohon bantuan rahmat Tuhan itu jalan bijak agar hubungan Israel dan Palestina kembali reda dan membaik.

3. Orang perlu menahan diri dalam memberikan reaksi

Tulisan ini tentu tidak membawa dampak bagi hubungan Israel dan Palestina. Meskipun demikian, saya hanya berharap bahwa kita sebagai orang Indonesia berani memulai dengan kebiasaan baru dalam suatu gerakan bersama, yakni Gerakan Doa untuk Palestina-Israel.Untuk gerakan doa semacam itu, mungkin kita tidak perlu menahan reaksi. 

Kapan kita mulai? Sebaliknya kita perlu menahan reaksi-reaksi yang tidak bijak lainnya, yang justru memperburuk keadaan kita sendiri.Tahan diri mungkin masih ada hubungannya dengan puasa. Puasa yang bijak untuk kita terkait hubungan Israel dan Palestina adalah puasa mengutuk salah satu dari keduanya.

Sekali lagi, langkah bijak adalah kita sama-sama bergandeng tangan berdoa menurut keyakinan agama kita masing-masing untuk tujuan yang sama yakni perdamaian, rekonsiliasi hubungan Israel dan Palestina. 

"Tuhan, perbaharuilah hati umat-Mu yang keras bagai batu. Ubahlah hati umat-Mu, hingga mereka semua punya rasa haru ketika melihat korban-korban tidak bersalah yang pergi selamanya meninggalkan keluarga mereka. Tumbuhkanlah rasa bersalah dan rasa maaf antara keduanya. Biarkanlah mereka ikhlas menyimpan senjata dan segala kekerasan, lalu mengulur tangan tulus dan ikhlas untuk kembali bersilaturahmi dengan hati yang damai. Perbaharuilah hati dan pikiran mereka, agar mereka tahu membedakan mana yang baik dan yang berkenan kepada-Mu. Redahkanlah amarah dan kenangan pahit yang terus membakar dendam dalam hati mereka. Biarkanlah mereka buta melihat rencana-rencana jahat, dan bukalah mata hati mereka, agar keduanya disanggupkan untuk melihat cinta dan kerahiman-Mu yang menerima semuanya. Amin."

Demikian catatan kecil untuk mengajak siapa saja agar bisa meluangkan waktu berdoa bagi Israel dan Palestina. Saya percaya bahwa opini apa pun itu penting dan berguna, namun tidak kalah pentingnya jika kita bergandeng tangan berdoa bersama untuk keduanya.

Salam berbagi, ino, 18.05.2021.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.