2 min dibaca
02 Apr
02Apr
Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm

Baca artikel aslinya: Makna dan Arti Simbol dalam Perayaan Minggu Palma Halaman all - Kompasiana.com 

Rotasi perjalanan waktu terus berlanjut hingga orang-orang Kristiani kembali merayakan Minggu Palma di tahun 2023. Minggu Palma atau Palmsonntag adalah hari Minggu sebelum Minggu Paskah. 

Perayaan Minggu Palma tidak lain untuk mengenang masuknya Yesus Kristus ke kota Yerusalem. Secara tradisional Minggu Palma dirayakan di seluruh dunia, baik itu di gereja Kristen maupun gereja  Katolik dan gereja-gereja lainnya. 

Di gereja-gereja, selama perayaan pada hari ini, sering dilakukan prosesi dengan ranting Palma dengan sorak-sorai khas, "Hosana Putra Daud".

Banyak paroki memesan tangkai Palma khusus untuk tujuan ini atau mengikatnya sendiri dari cabang boxwood, khususnya di Jerman.  Umat beriman memegang cabang-cabang ini di tangan mereka selama perayaan dan melambaikannya sebagai tanda kegembiraan mereka.

Beberapa daerah juga memiliki kebiasaan Minggu Palma, seperti menanam ranting Palma dan tanaman lainnya di air mancur Paskah. Di luar gereja, Minggu Palma sering dianggap sebagai awal Pekan Suci di Jerman, tetapi kurang dirayakan dalam konteks masyarakat.

Ternyata Minggu Palma bukan saja sebagai Minggu kegembiraan, tetapi juga dikenal sebagai Minggu Sengsara. Hari Minggu Palma adalah hari pertama Pekan Suci dan hari Minggu sebelum Paskah dalam tradisi Katolik.  Hari itu merayakan masuknya Yesus Kristus ke Yerusalem, ketika Dia disambut oleh para murid dan pengagumnya sebagai Raja dan Juruselamat dunia.

Minggu Palma dalam Liturgi Katolik

Dalam liturgi Katolik, Minggu Palma dimulai dengan prosesi dimana umat beriman memegang daun Palma meniru masuknya Yesus ke Yerusalem. Ranting-rantingnya melambangkan kemenangan Yesus Kristus atas penderitaan dan kematian.  

Ranting-ranting Palma itu akan diberkati oleh para imam dan dibawa pulang oleh umat beriman. Sebagian umat katolik menaruh daun Palma yang sudah diberkati di depan pintu rumah, ada juga yang ditempatkan di ruangan doa, di dalam kamar tidur sesuai keyakinan mereka masing-masing.

Pada prinsip mereka percaya bahwa daun Palma menjadi ungkapan keterbukaan mereka pada Yesus yang datang ke Yerusalem hati mereka, Yerusalem rumah mereka.

Selama Misa Minggu Palma, Kisah Sengsara Yesus Kristus, yang dicatat dalam Injil, juga dibacakan.  Bacaan tersebut mengingatkan orang-orang percaya akan penderitaan yang dialami Yesus ketika Dia tiba di Yerusalem dan bersiap untuk kematian-Nya di kayu salib.

Tradisi Katolik tentang Minggu Palma

Minggu Palma dengan demikian merupakan hari penting dalam tradisi Katolik, mengingatkan orang percaya bahwa Yesus Kristus mengorbankan hidup-Nya bagi kita untuk membawa penebusan dan pengampunan dosa-dosa manusia. 

Arti Palma

"Palm" mengacu pada daun Palma yang menurut tradisi alkitabiah, disebarkan dan dilambai-lambaikan oleh orang-orang saat Yesus Kristus masuk ke kota Yerusalem.  Umat beriman sering juga memegang daun Palma di tangan mereka pada Minggu Palma untuk mengungkapkan pentingnya hari ini secara tradisional.Ya, sebuah tradisi yang tetap dijaga dan dirayakan hingga sekarang ini.

Arti Keledai

Keledai memainkan peran penting dalam sejarah Minggu Palma.  Hari ini memperingati masuknya Yesus ke Yerusalem ketika dia pergi ke kota dengan seekor keledai. Alkitab mencatat bahwa orang-orang yang membawa daun Palma di depannya bersukacita dan bersorak karena mereka mengenalnya sebagai Mesias.

Pemilihan keledai sebagai tunggangan memiliki makna simbolis.  Karena keledai dianggap hewan yang rendah hati dan melambangkan kedamaian dan kesantunan.

Yesus secara sadar memilih hewan yang rendah hati ini sebagai tanda bahwa Dia tidak ingin memasuki kota Yerusalem sebagai penguasa yang kejam, tetapi sebagai pembawa damai dan penebus. Karena alasan ini, keledai juga berperan penting dalam banyak penggambaran Minggu Palma.

Demikian beberapa penjelasan penting terkait simbol-simbol penting dalam Perayaan Minggu Palma. Pada prinsipnya perayaan ini mengajak orang kristiani untuk menghayati hidup yang tidak hanya larut dalam kegembiraannya, tetapi juga memaknai penderitaan sebagai jalan pembebasan sebagaimana dialami oleh Yesus sendiri. 

Salam berbagi, ino, 2.04.2023

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.