1 min dibaca
23 Jan
23Jan

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Hidup ini diwarnai dengan janji. Keluarga yang merupakan unit paling dasar dari masyarakat dibangun lewat janji nikah.

"Business" sebagai kegiatan ekonomi yang amat penting tampak juga dalam transaksi yang sebagian besar berupa janji. Produsen menjanjikan barang berkualitas terbaik bagi konsumen. Perhatikanlah iklan-iklan.

Dunia politik hampir mustahil dilepaskan dari janji. Masa kampanye paling jelas menunjukkan betapa sentralnya peran janji. Sayang sekali, sering kali janji sebagian politisi tidak dipenuhi. Walhasil, konstituen banyak dikibuli.

Relasi antara Allah dan Abraham (bapa kaum beriman) diikat dalam suatu janji (covenant). Bahkan dalam bahasa Indonesia kitab suci agama Kristen disebut dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Ternyata, Tuhan juga berjanji. Sebagai partner-Nya manusia menjawab dengan janji itu. Tuhan selalu setia, tetapi manusia tidak demikian.

Tuhan berjanji akan menjadi Allah bagi manusia. Artinya, Dia akan melindungi, membebaskan dan menyelamatkan manusia. Janji itu terpenuhi dalam diri Sang Sabda Kehidupan.

Dia sendiri yang menegaskannya. Setelah membaca dari kitab nabi Yesaya (Yes 61: 1-2) dan mengembalikannya kepada petugas, semua orang memandang-Nya. Lalu Dia bersabda, "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya" (Luk 4: 21).

Dalam Dia janji Tuhan terpenuhi. Lewat penderitaan, wafat dan kebangkitan-Nya semua tergenapi. Dalam perayaan ekaristi hal itu berulang-ulang dihadirkan. Jadi, merayakan ekaristi berarti merayakan terpenuhinya janji Tuhan.

Minggu Biasa III Tahun C, 23 Januari 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.