1 min dibaca
27 Apr
27Apr
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Hidup manusia tidak lepas dari tangga. Ada tangga fisik-jasmani dan ada yang rohani. Keduanya mempermudah manusia dalam mencapai taraf kehidupan yang lebih tinggi.

Tangga fisik membantu para tukang ketika membangun rumah; menjadi sarana orang masuk atau keluar rumah panggung; menyediakan jalan bagi orang yang mau menaiki candi atau turun ke tempat yang lebih rendah.

Banyak orang meniti tangga rohani dalam kehidupan ini. Para artis yang ingin populer meniti tangga karir di bidang kesenian. Politisi berebut menaiki tangga jabatan politik. Para dosen mengikuti tangga jabatan fungsional-akademis dari asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan profesor. 

Sebagian orang menaiki tangga itu secara jujur, lurus dan benar. Ada yang memilih menyusuri tangga melalui jalan yang buruk, salah, dan tidak terpuji. Membeli kursi politis sudah jamak. Sebagian selebritis rela mengurbankan harga diri demi popularitas. Ada profesor doktor yang meraih gelar akademis secara tidak jujur, tidak terhormat dan kotor. Tanpa integritas. Ironis.

Berhasil menaiki tangga lewat jalan dan cara yang elegan membuat orang merasa bangga, puas, dan nyaman. Sementara mereka yang menggunakan jalan pintas atau tidak jujur hanya sebatas mujur, tetapi tidak luhur. Orang memang boleh mencita-citakan kedudukan dan prestasi yang tinggi lewat meniti tangga. 

Namun keluhuran pribadi tidak ditentukan oleh seberapa tinggi posisi yang telah dicapai, melainkan sejauh mana orang menempuh jalan hidup yang baik, benar, lurus dan rendah hati. Seorang tokoh agama yang tercampak dari tangga kesuksesannya di bidang agama, "business," ceramah, motivasi, dan prestasi lainnya memberi kesaksian tentang itu. Ternyata, kesuksesan tanpa Allah sering berujung pada masalah.

Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Rabu 26 April, 2023AlherwantaRenalam 116/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.