1 min dibaca
22 Dec
22Dec
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Ada banyak alasan yang membuat orang bersukacita. Alasan tersebut ikut menentukan bobot sukacitanya. Orang yang mendapat lotre ratusan juta rupiah tentu bersukacita. Namun, sukacita itu bisa lenyap tatkala dia tersadar bahwa uangnya habis di meja judi.

Semakin tinggi nilai yang mendorong munculnya sukacita, semakin awet pula sukacitanya. Umumnya, sukacita yang lahir karena alasan material kalah abadi dibanding dengan yang datang oleh alasan spiritual.

Pertemuan antara dua orang yang dipilih Tuhan untuk membantu mewujudkan keselamatan jauh lebih berbobot dari pertemuan ibu-ibu dalam arisan. Yang pertama diwarnai dengan sukacita atas rahmat dan karya ilahi; yang kedua kadang dihiasii gosip alias "ngrasani".

Tatkala Santa Perawan Maria mengunjungi Elizabeth, ibunda Yohanes Pembaptis, dia menyampaikan salam dan berbagi sukacita surgawi yang lebih dahulu dia alami. Elizabeth pun dipenuhi Roh Kudus dan mengalami sukacita surgawi. Dia memuji Maria yang percaya bahwa Sabda Tuhan kepadanya terpenuhi.

Santa Maria kemudian bersukacita memuji Tuhan atas karya-Nya yang agung melalui dirinya, seorang hamba. Inilah sukacita sejati yang tidak tergantikan oleh sukacita duniawi.

Di tengah hidup modern dan kaya ini, banyak orang tenggelam dalam sukacita kelompoknya sendiri. Sulit berbagi karena terkontaminasi virus intoleransi. Gosip, hoax, dan fitnah bagai makanan sehari-hari.

Dua ibu yang diangkat dalam tulisan ini menunjukkan teladan nyata dan terpuji bagaimana menyambut dan berbagi sukacita dalam kehidupan bersama. Barangkali keduanya termasuk kekecualian di antara sekian banyak ibu-ibu yang waktu bertemu kadang mudah terjebak gosip dan isu.

Selamat Hari Ibu!
SOHK, 22 Desember 2022AlherwantaRenalam ke-259

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.