1 min dibaca
08 Jul
08Jul

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Drama anak-anak Yakub senantiasa menarik untuk dibaca ulang dan direnungkan. Hari ini Yusup berhadapan dengan saudara-saudaranya, termasuk Benyamin, si bungsu. Dialah saudara satu ayah-ibu dengannya.

Mereka dipanggil kembali ke istana Yusup, karena di karung Benyamin yang berisi gandum dan sedang dibawa pulang ditemukan piala milik istana. Mereka harus menyerahkan Benyamin kepada Yusup untuk ditahan, jika mereka ingin pulang. Mereka pun bernegosiasi dengan Yusup dan menceritakan perasaan Yakub, ayahnya terhadap Benyamin. Dia pasti akan mati bila Benyamin tidak ikut kembali.

Mendengar itu Yusup tidak bisa menahan tangisnya di hadapan mereka. Akhirnya, dia membuka selubung identitasnya. Para saudaranya pun "speechless" campur takut.

Namun Yusup lalu berkata, "Akulah Yusup, saudaramu, yang kalian jual ke Mesir. Tetapi sekarang janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri karena kalian menjual aku ke sini, sebab demi keselamatan hidup kalianlah Allah menyuruh aku mendahului kalian ke Mesir" (Kej 45: 4-5).

Kisah menegangkan sejak Yusup dibenci dan dijual oleh para saudaranya berakhir pada pesan amat rohani, bahwa lewat kelemahan manusiawi para saudara Yusup yang membenci itu rupanya Allah punya maksud lain.

Yusup digunakan sebagai gambaran dari Sang Juru Selamat yang dibenci dan dibunuh oleh kaum sebangsa-Nya. Melalui proses itu pula keselamatan umat manusia terwujud. Inilah pesan terakhirnya.

Kini masih sering ditemukan tokoh seperti Yusup dan Sang Pembebas yang mesti mengalami nasib yang serupa. Dibenci dan dimaki oleh saudara-saudaranya sendiri. Bukan karena melakukan kejahatan, tetapi karena menjadi jalan yang menyelamatkan saudara sebangsanya. Bagaimana kisah selanjutnya tentang tokoh itu? Sabarlah menunggu. Kisahnya masih bergulir. Belum muncul pesan terakhirnya.

Kamis, 8 Juli 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.