1 min dibaca
17 Jul
17Jul

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

"Saya kena covid." Itulah berita mengejutkan campur mencemaskan yang sering orang terima di masa pandemi ini. Entah kapan pandemi yang di Indonesia seakan makin menggila ini akan segera pergi. Tidak seorang pun dapat menjawab pertanyaan ini.

Pandemi yang telah melanda dunia hampir dua tahun masih menyimpan misteri dan teka-teki. Apa maksud dari Sang Ilahi membiarkan ini terjadi? Barangkali Dia sedang mendidik manusia tentang hidup yang jauh lebih dalam dari yang selama ini dipahami. Mungkin Tuhan sedang membimbing manusia untuk masuk ke dalam misteri hidup yang lebih dalam. Bahwa hidup ini jauh lebih luas daripada urusan politik dan ekonomi yang kebanyakan diributkan banyak orang di muka bumi. Kehidupan punya dimensi yang tidak sepenuhnya dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berkat kemampuannya manusia bisa mencapai zaman keemasan. Pada saat seperti itu kebanyakan orang lupa kepada Tuhan. Dengan teknologi orang bisa sampai ke bulan dan rekreasi ke Mars. Namun berhadapan dengan virus kecil itu manusia seakan lumpuh.

Dalam situasi itu, Allah tidak menampakkan Diri sebagai yang jauh lebih berkuasa daripada manusia. Apalagi menertawakan manusia. Sebaliknya, Dia menyertai manusia dan berjuang bersama-Nya.

Kehadiran-Nya tampak dalam Sang Guru Kehidupan yang jauh-jauh hari digambarkan oleh nabi Yesaya sebagai hamba Tuhan. "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap" (Mat 12: 18-21).

Kebanyakan orang sekarang bagai buluh yang patah terkulai. Sebagian yang lain mengalami bahwa sumbu pengharapannya sedang pudar. Namun Tuhan menemani dan mendampingi mereka agar kepada-Nya senantiasa berharap.

Dalam doa bersama lintas agama orang diajak untuk bergandengan tangan dan bekerjasama; menyalakan harapan kepada Sang Pencipta. Juga untuk berpasrah kepada-Nya yang sanggup melepaskan manusia. Semoga pembaca renungan terhindar dari pandemi sehingga tidak perlu mengirim berita kepada teman, "Saya kena covid."

Sabtu, 17 Juli 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.