1 min dibaca
17 Sep
17Sep
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Manusia bertanggungjawab mewujudkan diri sebagai makhluk individual dan sosial. Dia mengaktualisasi potensi dan bakat yang dimiliki. Sedangkan dimensi sosialnya direalisasikan dalam sikap peduli terhadap sesama. Menjadi bermanfaat bagi sesama.

Sikap itu tampak antara lain dalam bekerja. Bisa menjadi pegawai, bisa pula bekerja secara mandiri. Yang membedakan nilai pekerjaannya bukan tempat (pegawai atau swasta), tetapi semangat dan motivasi yang menjiwainya.

Ada orang yang bekerja karena pekerjaan itu mengangkat harga dirinya. Yang lain bekerja demi upah alias fulus. Ada pula yang bekerja, karena ingin melayani sesama. Tidak menolak uang, tetapi upah atau gaji bukan motivasi utama di balik kerjanya.

Kelompok ini mengutamakan orang-orang yang dilayaninya. Mereka bekerja dengan tulus, jujur, penuh semangat. Mereka berbahagia tatkala yang dilayaninya puas dengan pelayanannya.

Sebaliknya, mereka yang bekerja demi status dan fulus melakukan pekerjaannya dengan semangat berbeda. Tanpa uang, mereka kerap aras-arasan bekerja atau melayani. Bahkan, ada yang puas ketika dapat mempersulit mereka yang mesti dilayaninya. Semakin pintar mempersulit orang, semakin merasa dirinya penting.

Di sana, semangat pelayanan absen. Budayanya bertentangan dengan ajaran, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu." Menduduki posisi tinggi itu kesempatan melayani dengan energi dan motivasi murni.

Seorang penulis bernama Wayne Muller menulis, "As we serve others we are working on ourselves; every act, every word, every gesture of genuine compassion naturally nourishes our own hearts as well."*)

Ternyata, seorang individu itu menjadi utuh lewat pengembangan dimensi sosial dirinya. Salah satu caranya, dengan melayani orang lain sepenuh dan setulus hati; lebih-lebih melayani tanpa pamrih!

Salam dan Tuhan berkati.
Minggu, 17 September 2023Alherwanta Renalam 254/23
*) Ketika kita melayani orang lain kita sedang menimbulkan efek pada diri kita sendiri; setiap tindakan, setiap kata, setiap gerakan dari bela rasa yang asli secara alamiah memupuk hati kita sendiri juga.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.