1 min dibaca
11 Mar
11Mar
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Semua orang membutuhkan uang. Ada yang secara langsung membutuhkan dan menggunakan uang. Ada pula yang memerlukannya secara tidak langsung.

Kendati semua membutuhkan uang, berbeda-bedalah cara dan sikap orang terhadapnya. Buahnya tampak dalam mentalitas orang terhadap uang.

Ada orang yang sangat hemat ("gemi") dengan uang. Mereka menggunakan uang secara cermat dan bijaksana. Mereka sadar bahwa uang itu pemberian Tuhan yang mesti dimanfaatkan secara bertanggungjawab demi kesejahteraan umat manusia.

Para pedagang "profesional" adalah contohnya. Dari laba seratus ribu, misalnya, mereka memanfaatkan hanya sepuluh persen. Sisanya dibelanjakan untuk mengembangkan usahanya. Karena itu, usaha mereka cepat berkembang.

Sebaliknya, yang tidak bertanggungjawab mengelola uang akan membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan tidak produktif. Sering hanya untuk pamer.

Sebagian warga dunia ini menghabiskan hidup untuk mencari dan mengumpulkan uang. Yang sudah terkumpul disimpan dan dipegangnya sendiri. Kepada keluarga dan saudaranya yang membutuhkan pun, mereka tidak mau berbagi.

Sekelompok orang lain menghitung segalanya berdasarkan uang. Waktu kerja yang dipikirkan hanyalah berapa besar upah atau kompensasi yang diperoleh. Waktu menolong sesama dia menghitung berapa keuntungan yang akan diperolehnya.

Singkat kata, dalam kaitan dengan uang manusia dibedakan menjadi dua, yakni orang yang menggunakan uang untuk hidupnya dan orang yang menggunakan hidup untuk uangnya. Yang pertama merdeka dan yang kedua menjadi budak uang.

Salam dan Tuhan memberkati.
JBKT, Sabtu 11 Maret 2023AlherwantaRenalam 070/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.