1 min dibaca
29 Jan
29Jan

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Orang-orang yang memiliki kepekaan yang tajam mampu melihat kejadian secara lebih mendalam. Ketika direnungkan dalam meditasi dan refleksi peristiwa membeberkan makna dan arti bagi hidup ini.

Peristiwa para murid menyeberangi danau dengan perahu bersama Sang Guru Kehidupan (Mrk 4: 35-41) juga punya makna dan pesan. Meski peristiwanya sudah berlalu, pesannya tidak lekang oleh waktu. Minimal ada tiga pesan.

Pertama, ketika perahu mereka sedang dihantam topan dan ombak Sang Guru tertidur di atas perahu. Di tengah gelombang hidup ini banyak orang mengalami seakan Tuhan itu tidur. Tidak peduli.

Kedua, para nelayan yang "professional" itu membangunkan Dia; minta tolong. Dan Sang Guru bangun, lalu menghardik angin itu sehingga diam dan danau jadi tenang (Mrk 4: 38-39). Ternyata, Tuhan tidak tidur. Dia itu hadir dan peduli; menanggapi permintaan.

Ketiga, para murid itupun tercengang, kagum dan bertanya tentang Dia, "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Mrk 4: 41). Mata mereka terbelalak menyaksikan kuasa Tuhan atas alam.

Namun Sang Guru bertanya kepada mereka, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (Mrk 4: 40). Inilah pelajaran pokoknya.

Banyak orang beriman yang mengaku percaya kepada Tuhan. Tetapi pada waktu menghadapi badai kehidupan justru kehilangan imannya akan Tuhan. Mengira Tuhan tidak peduli. Kehilangan pegangan.

Pengalaman para murid itu pengalaman kita juga. Pertanyaan Sang Guru itu dikatakan kepada kita juga. "Kalau kamu percaya kepada Tuhan, mengapa kamu takut?" Mereka yang memiliki kepekaan iman tentu melihat bahwa Tuhan itu berkarya setiap saat sehingga mampu menemukan makna dalam peristiwa.

Sabtu, 29 Januari 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.