1 min dibaca
01 Jun
01Jun
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

"Fast eater, fast worker." Demikian kata beberapa orang. Yang makan secara cepat, biasanya juga bekerja dengan cepat. Demikian pula sebaliknya, yang makan secara pelan-pelan, kerjanya lambat pula.

Ketika berada di Beijing, aku menyaksikan orang-orang yang makan di restoran dan warung dengan sangat cepat. Belum seperempat makanan di mangkokku pindah ke mulut, mereka sudah bergegas pergi meninggalkan rumah makan. Mungkin aku masih ikut nasihat: kunyahlah tiga puluh tiga kali. Sementara aku mengunyah, mereka sudah buru-buru kembali bekerja.

Rupanya, etos dan pola kerja tidak hanya berkaitan dengan cara makan. Cara jalan pun bisa menjadi indikator kerjanya seseorang. Di kota-kota besar seperti New York, Sydney, dan Hong Kong, misalnya, setiap jam berangkat dan pulang kerja, tampak jutaan orang berjalan dengan sangat cepat.

Ketika berangkat bekerja, dapat dimengerti mereka bergegas-gegas. Salah satu alasannya, tentu tidak boleh terlambat masuk kantor. Namun, tatkala kembali ke rumah, apakah mereka juga harus berjalan cepat setengah berlari?

Hubungan antara cara berjalan dan prestasi ekonominya kerja masih perlu dikaji. Secara sepintas dapat dibandingkan prestasi kerja dari mereka yang berjalan lambat dan mereka yang langkah kakinya cepat.

Jika pekerjaan mereka itu membutuhkan proses berjalan seperti mengangkut barang, tentu yang berjalan cepat akan lebih dulu selesai daripada yang pelan jalannya. Banyak proyek pembangunan di Cina dalam waktu singkat selesai. 

Sedang di negeri kita, banyak pembangunan yang berlarut-larut tidak rampung; bahkan terbengkelai.

Bukankah ada pemimpin negara yang dijuluki presiden mangkrak? Itu bukan hanya lambat dikerjakan, tetapi benar-benar tidak selesai.

Bukan hanya "fast eater fast worker" saja, tetapi "fast walker fast worker" pula. Mereka yang mempunyai ciri khas itu cenderung lebih cepat bekerja dan lebih produktif. Efek ekonominya amat berbeda.

Salam dan Tuhan memberkati.
Macau, Selasa 30 Mei, 2023AlherwantaRenalam 150/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.