Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Ada kalanya manusia perlu lari. Misalnya, waktu berada dalam mal yang mulai terbakar. Lari berarti menyelamatkan diri.
Bagi manusia, lari itu memiliki banyak makna. Sebagian positif dan yang lain negatif. Dalam kondisi tertentu, manusia mesti memilih lari. Pada kesempatan lain, manusia bisa memetik manfaat lari atau mau tidak mau tidak lari.
Hari-hari ini, sebagian penduduk dunia terpaku dan terpukau oleh lari. Orang rela melek hingga dini hari hanya untuk menonton orang lari. Ada orang yang begitu menyatu dengan tontonan itu, sehingga menonton sendiri pun bisa teriak-teriak. Itulah yang dilakukan tetangga kamarku.
Bagi manusia berbudaya tinggi, lari itu bukan hanya sekadar aktivitas fisik. Ketika lari itu dikerjakan bersama dalam filosofi kolaborasi dan koordinasi, enak sekali dinikmati. Apalagi ditambah dengan seni menggiring, mengejar, dan merebut bola.
Bisa jadi memperebutkan satu bola itu dianggap sebagai permainan "gila." Bukankah di toko ada banyak bola, kenapa berebut satu bola di lapangan? Faktanya, permainan itu amat menyenangkan dan mengasyikkan. Di sana ada nilai rekreatif dan ekonomi yang amat menguntungkan. Berapa milyar dollar dihasilkan dari piala dunia?
Masuk akal, Presiden Jokowi membangun fasilitas khusus untuk olah raga yang didominasi lari itu (pemain, wasit, wasit garis, dan bola pada lari). Di Papua, dibangun "training center" untuk mengembangkan karakter dan "skill" generasi muda Indonesia dalam bermain bola. Tujuannya, menciptakan pemain-pemain sepak bola berkelas nasional dan internasional.
Lari banyak punya nilai positif. Tetapi, lari bisa negatif juga. Orang yang hidup dalam pelarian amat tidak tenteram hatinya. Buron identik dengan pelaku kejahatan.
Yang paling buruk dan tidak perlu adalah lari dari kenyataan. "Life is a series of natural and spontaneous changes. Don't resist them - that only creates sorrow. Let reality be reality. Let things flow naturally forward in whatever way they like," kata Lao Tze. *)
Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Sabtu 10 Desember 2022AlherwantaRenalam ke-247
*)Hidup ini rangkaian perubahan yang wajar dan alamiah. Jangan melawannya, karena hanya menciptakan penderitaan. Biarlah realita menjadi realita. Biarlah semua mengalir secara alamiah sesukanya.