Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perayaan berarti pesta atau keramaian untuk mengungkapkan suatu peristiwa. Di baliknya, tersembunyi unsur besar.
Dalam hidupnya, manusia suka mengadakan perayaan. Mereka memulai hidup dalam dua perayaan besar, yakni perayaan kelahiran dan kematian. Bukankah masyarakat merayakan kelahiran bayi-bayi yang menjadi warga baru masyarakatnya?
Akhir hidup pun dirayakan. Banyak suku-suku di Indonesia yang mengadakan pesta berhari-hari atas kematian warganya. Bila yang meninggal orang penting dan status sosialnya tinggi, pestanya bisa berbulan-bulan. Mereka menyembelih babi, kerbau, atau sapi yang jumlahnya amat banyak.
Di antara kelahiran dan kematiannya, manusia mengisi hidup dengan rangkaian perayaan. Ada perayaan ulang tahun, pernikahan, ada pula perayaan atas sukses studi atau berbisnis. Hidup ini pada dasarnya adalah perayaan.
Ada pula yang menggabungkan perayaan kelahiran dan kematian. Mereka yang dibaptis ditenggelamkan dalam kematian Tuhan Yesus Kristus supaya dilahirkan dalam kebangkitan-Nya. Demikian isi keyakinan orang Kristen.
Peristiwa itu memiliki makna yang mendalam dan pengaruh besar dalam kehidupan umat kristiani. Itulah awal hidup baru yang mesti mengubah dan mewarnai hidup setelah dibaptis.
Lebih dari itu, hidup kristiani berpusat pada perayaan kematian dan kebangkitan Kristus. Itu dirayakan dalam perayaan ekaristi yang juga disebut Misa. Perayaan ekaristi merupakan sumber (asal kekuatan) dan puncak (tujuan) hidup kristiani.
Entah perayaannya diadakan secara meriah dengan lagu-lagu nan megah, entah dalam upacara yang sederhana, perayaan ekaristi tetap menjadi sumber dan puncak hidup kristiani. Di sana, orang kristen merayakan hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan untuk memuliakan Tuhan.
Salam dan Tuhan berkati.
MLKÇ, Senin 6 Maret 2023AlherwantaRenalam 065/23