Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Manusia yang berkualitas dan berintegritas dibentuk antara lain lewat pendidikan. Proses pendidikan lebih rumit daripada pengajaran. Segala upaya membenahi pengajaran tidak serta merta meningkatkan hasil dan kualitas pendidikan.
Apalagi ketika pengajaran disempitkan sebagai proses membagi informasi dan ilmu pengetahuan. Ternyata, memiliki banyak ilmu pengetahuan belum tentu menciptakan masyarakat yang lebih adil, makmur, dan sejahtera. "Knowledge does not change; action does" (Pengetahuan tidak mengubah; tindakanlah yang mengubah).
Yang manusia perlukan adalah pendidikan dan pengajaran. Yang kedua memperkuat yang pertama. Informasi yang diperoleh lewat pengajaran bisa membentuk "mindset" yang menjiwai dan mengendalikan perilaku.
Disiplin diperlukan dalam mengolah informasi menjadi faktor pembentuk perilaku dan karakter. Menyusun informasi dalam pemikiran yang runtut dan logis, misalnya, membutuhkan disiplin.
Pendidikan tanpa disiplin bisa melahirkan orang-orang yang merasa terdidik, tetapi tidak memiliki karakter. Suka melanggar aturan, bekerja seenaknya, ingkar janji, dan bentuk sikap negatif lainnya.
Menanamkan dan membentuk disiplin bukan hanya tanggung jawab sekolah. Mulai kecil, anak-anak perlu dilatih disiplin dalam keluarga. Waktu di sekolah, mereka dilengkapi dengan disiplin yang lebih luas dan kuat, terutama terkait dengan cara berpikir dan berperilaku.
Para pelajar yang terlatih berdisiplin akan menjadi generasi yang disiplin, kuat, dan tahan menghadapi tantangan. Negara yang memliki generasi demikian tidak perlu khawatir akan masa depannya, karena mereka akan menjadi pemimpin dan pejabat yang berdisiplin dan berkarakter pula.
Bagaimanakah selama ini keluarga-keluarga menanamkan dan membentuk pikiran serta perilaku disiplin? Adakah sekolah-sekolah kita membiasakan warganya, mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan hingga para muridnya berdisiplin?
Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Senin, 31 Oktober 2022, Alherwanta - Renalam ke-207