1 min dibaca
13 Dec
13Dec

Suara Keheningan | RP. ALbertus Herwanta, O.Carm

Para imam kepala dan tua-tua Israel bertanya kepada Sang Guru Kehidupan, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?" (Mat 21: 23).

Mereka menganggap bahwa Dia hanyalah rakyat jelata dari Nasaret. Jadi, tidak punya kuasa atau otoritas untuk mengajar.

Jawabannya sangat mudah, karena berulangkali Dia mengatakannya. Bahkan di akhir hidup-Nya Dia menegaskannya lagi (Mat 26: 39). Silakan membacanya.

Namun Sang Guru tidak menjawabnya. Mengapa? Karena ketika Sang Guru bertanya balik tentang dari mana kuasa yang dimiliki Yohanes untuk membaptis (Mat 21: 24), mereka diam.

Sebenarnya, mereka tahu bahwa kuasa itu dari Allah. Namun mereka tidak mau mengakuinya. Takut menjebak diri mereka sendiri (Mat 21: 25-26). Juga tahu dari mana otoritas yang dimiliki Sang Guru untuk mengajar (Yoh 3: 2).

Apa itu otoritas? Otoritas berasal dari kata auctoritas (bhs Latin) yang dibentuk dari kata kerja augere. Artinya, menambah atau mengembangkan. Membuat menjadi besar atau dewasa.

Para pemegang otoritas dipercaya untuk mengembangkan mereka yang dipercayakan kepadanya. Orangtua, guru dan pejabat adalah sebagian dari orang-orang yang memiliki otiritas.

Ada pemegang otoritas yang menjalankannya untuk mengembangkan sesamanya. Ada pula yang menggunakan itu untuk diri sendiri. Bahkan untuk menindas atau menghambat perkembangan orang yang dipercayakan kepadanya.

Di tengah banyaknya penyalahgunaan otoritas, ada baiknya kita berdoa agar para pemegang otoritas menjalankan peranan secara baik dan benar.

Kita doakan agar para orangtua, guru, pemimpin agama dan pejabat menjalankan otoritasnya demi perkembangan dan kebaikan mereka yang dipercayakan kepada mereka. Semoga Sang Guru Kehidupan yang telah menjalankan otoritas secara sempurna menolong mereka.

Senin, 13 Desember 2021RP Albertus Agung Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.