1 min dibaca
06 Mar
06Mar
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Upaya menyelamatkan dunia selalu menghadapi tantangan. "Jika orang ingin memenangkan dunia, dia harus siap berkonflik dengannya," demikian kata Beato Titus Brandsma.

Karmelit Belanda, yang akan dikanonisasi pada tanggal 15 Mei 2022 nanti, dibunuh di Kamp Konsentrasi Dachau pada tanggal 26 Juli 1942. Mengapa? Karena dia melawan Nazi Jerman yang menyebarkan sosialisme dan melanggar hak azasi manusia.

Dia melawan dunia untuk memenangkannya. Itu pula yang telah lebih dahulu dilakukan Sang Guru Kehidupan.

Setelah dibaptis, Roh membawa-Nya ke padang gurun. Di sana Dia berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam.

Ketika Dia lapar iblis mencobai-Nya. Pertama, menggoda Dia supaya mengubah batu menjadi roti. Menuruti perut. Kedua, menyembah iblis yang akan memberikan seluruh dunia kepada-Nya. Mengutamakan harta. Ketiga, melompat dari bubungan Bait Allah untuk melihat apakah Allah menolong Dia atau tidak. Mengejar kekuasaan.

Ketiga godaan itu berasal dari dunia dan bersifat duniawi. Itulah alat yang digunakan oleh setan. Orang yang mengabdi kepada ketiganya akan jadi budaknya. Tidak pernah dapat menyelamatkannya.

Hanya mereka yang tidak membiarkan dirinya diperbudak oleh dunia akan sanggup menyelamatkannya. Bagaimana mungkin seorang presiden yang koruptor bisa memberantas korupsi?

Sang Guru Kehidupan dan Beato Titus Brandsma adalah dua sosok konkret yang melawan godaan dunia untuk menyelamatkannya. Jelas, bahwa mereka yang ingin menyelamatkan dunia mesti berjuang melawan dunia.

Minggu I Prapaskah, 6 Maret 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.


Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.