Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.CarmAgama Kristen percaya kepada satu Allah (monoteis). Alkitab memberitakan tentang Allah yang esa dan penuh kasih. Allah yang esa itu adalah Allah semua orang.
Keyakinan iman ini mengandung konsekuensi praktis. Pertama, inklusivitas atau merangkul semua; tidak mendiskriminasi seorang pun. Kedua, orang Kristen berdoa untuk semua orang; bukan hanya untuk kelompoknya sendiri.
Itulah yang kita baca dalam surat Paulus kepada Timotius (1 Timotius 2:1-8). Dia mengajak Timotius untuk mendoakan semua orang, karena Allah menghendaki keselamatan mereka (1 Timotius 2:4).
Lebih jauh, Santo Paulus menegaskan bahwa hanya ada satu perantara antara Allah dan manusia, yakni manusia Kristus Yesus (1 Timotius 2:5). Memang, banyak orang yang tidak secara resmi menjadi pengikut Yesus atau menjadi orang Kristen, tetapi mereka itu percaya kepada Yesus.
Perwira yang meminta kepada Yesus untuk menyembuhkan hambanya (Lukas 7:2-3) adalah salah satu contohnya. Dari penjelasan orang tua-tua Yahudi, jelas bahwa perwira itu bukan orang Yahudi dan bukan pengikut Yesus (Lukas 7:4).
Karena imannya yang besar (Lukas 7:9), Yesus menyembuhkan hambanya (Lukas 7:10). Iman yang kuat membuat orang dapat melihat dan mengalami mukjizat.
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan bahwa orang Kristen mesti berdoa untuk semua orang, terutama untuk para penguasa. Kisah Para Rasul memberitakan bahwa dulu orang Kristen banyak menderita karena tindakan para penguasa itu. Namun, mereka harus tetap mendoakan mereka (Matius 5:43-44). Di sinilah, tampak inklusivitas dan universalitas dari iman Kristen.
Gereja secara jelas mempraktikkan anjuran Santo Paulus dalam perayaan ekaristi yang merupakam doa paling utama dalam hidup Kristen. Perayaan ekaristi itu sumber dan puncak kehidupan Gereja. Di sana, orang mendoakan semua orang, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Berapa yang menyadari hal itu?
Senin, 18 September 2023Alherwanta, O.Carm.
