1 min dibaca
05 Apr
05Apr
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Manusia membutuhkan air. Misalnya, untuk mandi. Mandi memberikan dua efek penting bagi tubuh manusia, yakni membersihkan dan menyegarkan. Tubuh juga dibersihkan dengan membuang air. Jika air seni tertahan dalam tubuh terlalu lama, air itu akan meracuninya. Maka, harus dibuang. Racun tubuh juga bisa dibuang dengan menumpahkan air mata.

Bagi sebagian orang, khususnya kaum pria, air mata dipandang sebagai tanda kelemahan. Masuk akal, ada yang menganjurkan supaya kaum lelaki tetap tampak perkasa dia tidak boleh menangis. Anjuran itu melupakan bahwa banyak sukses dilahirkan berkat air mata, terutama air mata kaum ibu.

Keprihatinan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sering tercurah dalam air mata. Janda dari Nain menumpahkan air mata kesedihan karena kematian anak tunggalnya. Demikian pula Santa Monika tak henti-hentinya berdoa sambil meneteskan air mata bagi pertobatan dan keselamatan jiwa Agustinus, anaknya. Berkat doa dan air mata, kedua wanita itu memperoleh kembali anak yang amat dicintainya.

Air mata itu benda yang sangat rapuh dan terkesan tak berharga. Sangat cepat menguap dan lenyap. Doa-doa juga seperti air mata; terucap lalu lenyap. Bahkan yang mendoakan melupakannya juga. Namun, Tuhan tidak mengabaikan doa dan air mata yang dilengkapi dengan iman.

Baik air mata maupun doa bagaikan pembersih bagi tubuh dan jiwa. Doa memurnikan badan dan jiwa dari segala kekhawatiran yang meracuni kehidupan. Selama masih ada orang, yang tanpa merasa kehilangan gengsi, mau meneteskan air mata, kehidupan sedang terus dimurnikan dan dibebaskan dari keracunan.

Air mata membersihkan kehidupan dari balas dendam. Bukankah wanita cepat-cepat menumpahkan air mata tatkala terluka dan tidak segera meresponnya dengan balas dendam? 

Ternyata, air mata yang diremehkan sebagian kaum pria telah terbukti mampu membersihkan dan menyelamatkan. Air mata wanita kadang jauh lebih mujarab dibanding otot pria nan perkasa. Air mata itu sering menjadi kunci sukses.

Selasa, 5 April 2022 RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm. 

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.