4 min dibaca
Inilah 5 Cara agar Penulis Pemula Percaya Diri

Suara Keheningan | RP. Inosensius I. Sigaze, O.Carm

Artikel aslinya baca di sini: Inilah 5 Cara agar Penulis Pemula Percaya Diri Halaman 1 - Kompasiana.com 

Langkah pertama untuk percaya diri adalah belajar menerima diri dan berpikir positif tentang orang lain.

Pengalaman tidak percaya diri saat menulis merupakan pengalaman umum yang dialami oleh kebanyakan penulis. Tentu kalau semua penulis itu jujur mengatakan bagaimana pengalaman pada saat awal belajar menulis, maka bisa saja rasa tidak percaya diri itu adalah sesuatu yang wajar.

Tentu tulisan ini berangkat dari pengalaman pribadi, bahwa saya juga pernah mengalami seperti pengalaman teman-teman lainnya yang belajar menulis. Menulis itu lebih sebagai suatu proses menjadi percaya diri.Meskipun demikian, dalam perjalanan waktu percaya diri itu tidak akan lagi dikejar, karena penulis itu sendiri sudah memperoleh keyakinan. 

Ya ia yakin dengan apa yang ditulisnya, sekurang-kurangnya ada pesan yang mau disampaikannya.Nah, barangkali tidak percaya diri dalam menulis bukan saja pengalaman satu orang saja, tetapi bisa jadi pengalaman kebanyakan orang, maka saya coba berbagi pengalaman dan tip bagaimana bisa percaya diri dalam menulis.

Sekali lagi berbagi tutorial dan cara menulis dalam tulisan ini, bukan berarti saya mau menggurui yang lain, tetapi cuma sekadar berbagi dari keterbatasan yang saya miliki. Saya percaya teman-teman penulis lainnya bisa juga memberikan cara-cara lain sesuai pengalaman masing-masing.Berikut ini ada 5 cara yang bisa dilakukan agar penulis pemula bisa percaya diri dalam menulis:

1. Tulislah pengalaman hidupmu sendiri

Bukankah lebih tidak percaya diri lagi, jika seseorang harus menulis pengalaman pribadi? Wajar sih kalau ada pertanyaan itu. Hemat saya, akar dari tidak percaya diri itu bukan karena orang tidak tahu menulis, tetapi lebih karena kurang ada penerimaan diri.

Orang yang bisa menerima dirinya sendiri, dia juga pasti dengan mudah percaya diri. Ya, cukuplah dengan langkah awal menerima diri sendiri, maka selanjutnya orang akan bisa juga belajar menerima orang lain dan percaya bahwa dirinya diterima dengan baik oleh orang lain.

Ilustrasi tentang cara agar percaya diri dalam menulis | Dokumen diambil dari pxhere Karena itu, ketika menulis pengalaman pribadi, mestinya orang tidak perlu enggan dan takut hingga tidak percaya diri. Karena bagaimanapun pengalaman yang ditulisnya adalah pengalaman pribadi.

Siapa sih yang pernah mengatakan pengalaman pribadi seseorang itu salah? Atau pengalaman pribadi seseorang itu tidak berisi? Tidak ada seorang pun yang berani mengatakan sesuatu yang begitu negatif tentang pengalaman pribadi orang lain.

Nah, praktisnya yang saya perhatikan di Kompasiana, tidak pernah ada penulis lain memberikan komentar negatif tentang tulisan sesamanya. Apapun sederhananya semua diberikan apresiasi dengan rating yang tulus dari hati.

Saya justru merasakan bahwa tingkat kepercayaan diri tumbuh semakin besar ketika menulis di Kompasiana, mengapa? Menulis sebagai aktivitas yang saya sukai memang sudah sering, namun tidak sering tulisan itu dibaca dan diseleksi oleh orang lain.

Menulis di Kompasiana itu menurut saya punya aspek edukasinya yang sangat tinggi. Ya, mendidik penulis untuk tidak hanya sekadar menulis, tetapi memerhatikan beberapa kode etik, pesan, narasi dan literasi.

Jadi, pada prinsipnya belajarlah menulis pengalaman sendiri dengan keyakinan diri bahwa pembaca senang membaca keunikan pengalaman Anda.

2. Tulislah tentang kesukaan Anda

Pada poin kedua yang penting untuk membangkitkan rasa percaya diri adalah bukan soal saya suka menulis atau tidak, tetapi saya menulis tentang hal yang disukai. Masa sih, kesukaan setiap orang cuma satu hal, gak mungkin kan?

Nah, setiap orang perlu mengetahui apa sih kesukaannya sendiri. Misalnya saja, orang bisa menulis 3 hal yang disukai. Pagi hari saya suka jalan-jalan pagi. Lalu pada siang hari sukanya masak bakso, lalu pada malam hari sukanya nonton film.Anda bisa juga menulis tentang tiga hal yang disukai orang lain karena Anda orang yang suka memerhatikan kesukaannya orang lain. 

Misalnya, mengapa ibu-ibu zaman sekarang aktif di media sosial, atau mengapa orang muda saat ini suka foto selfie, dan lain sebagainya. Temukan tema-tema kesukaan Anda, selanjutnya tulislah itu seakan-akan Anda sedang memberi komentar tentang hal itu. Jangan lupa, saat menulis libatkan juga pendapat pribadi Anda, solusi, dan harapan Anda.

3. Fokuskan pada apa yang mau disampaikan kepada pembaca

Menjadi percaya diri dalam dunia tulis menulis bisa saja berkaitan dengan konsep tentang isi tulisan. Orang tidak yakin atau ragu-ragu dengan pesan apa yang mau disampaikan kepada pembaca.

Sebetulnya setiap penulis punya fokus atau tujuan tertentu dalam setiap tema tulisannya. Jika saja orang sampai berpikir seperti itu, maka baiklah sebelum menulis penulis perlu bertanya, tujuan dari tulisan ini apa ya?Jika sudah menulis sesuatu dengan pesan tertentu di dalamnya, maka sebetulnya Anda punya alasan untuk percaya diri. 

Karena Anda tidak hanya sekadar menulis, tetapi di dalam tulisan itu Anda mau menyampaikan pesan tertentu.Nah, demikian juga pesan yang mau disampaikan harus dipastikan bahwa itu baik, bermanfaat atau juga etis dan menginspirasi. Jika saja ada hal-hal terkait pesan yang bermakna, penting dan bermanfaat, mengapa Anda tidak percaya diri?

Lebih berarti kalau menulis dengan pesan tertentu, daripada tidak menulis sama sekali. Ketika Anda sudah menulis sesuatu, itu berarti Anda sudah memberi sesuatu kepada siapa saja dan di mana saja, lebih dari sekadar Anda berbicara langsung.

4. Belajar menulis seperti Anda bicara

Pada poin ini saya mengajak penulis pemula yang tidak percaya diri supaya tidak terikat dengan tuntutan-tuntutan ilmiah sebuah tulisan. Tuntutan itu hanya akan membangkitkan rasa kaku dan berat. Karena itu, sebaiknya tulislah apa adanya tanpa harus banyak memikirkan metode dan struktur. 

Biarkan saja mengalir seperti yang dipikirkan. Bahkan orang perlu berusaha mentransfer apa yang bisa dikatakan kepada temannya, itulah yang mesti ditulisnya.

Nah, kesederhanaan menyampaikan pesan bagi kebanyakan orang kadang-kadang diukur dengan takaran sebagai yang kualitas rendah. Padahal justru sebaliknya, perjuangan terberat penulis adalah supaya bisa menyampaikan pesan dengan sederhana dan langsung dapat dimengerti pembaca.

Pesan yang langsung bisa dimengerti tidak selamanya harus dirumuskan dengan bahasa yang tinggi dan penuh istilah asing. Ya, sekali lagi tujuan tertinggi adalah pesan yang mau disampaikan itu bisa dimengerti dan bukan supaya meraih kekaguman pembaca karena istilah-istilah yang ada di sana.Sekali lagi konteks tulisan ini untuk penulis pemula yang tidak percaya diri. 

Semakin sering seseorang menulis, maka semakin peka seseorang dalam banyak hal seperti penggunaan kata, istilah, kalimat, pesan dan pasti akan menemukan gaya khas tulisannya.

5. Buka diri supaya siap dikoreksi

Bagian ini tentu berkaitan dengan pengalaman pribadi saya sendiri. Saya semakin percaya diri bukan karena berpengalaman dalam menulis, tetapi lebih karena melihat penulis buku yang begitu rendah hati.

Saya masih ingat suatu saat saya berkenalan dengan seorang penulis buku tentang manajemen. Beliau sering sekali memberikan seminar hampir di 40 negara. 

Ia adalah seorang Jerman yang pernah kuliah di Universitas Indonesia. Hal menarik darinya adalah setiap kali ia mempersiapkan tulisan untuk bahan seminarnya, ia selalu memberikan tulisannya pada ibunya untuk dikoreksi.

Coba bayangkan seorang penulis buku saja mau dikoreksi, apalagi seorang pemula. Artinya kesalahan-kesalahan kecil itu adalah bagian dari proses yang hampir selalu saja ada pada semua orang. 

Tidak ada seorang pun yang setelah bisa menulis, ia langsung menjadi seorang penulis. Menjadi bisa percaya diri itu adalah proses yang perlu dilakukan dengan tekun dan komitmen yang sungguh. 

Ya, orang perlu terus menulis apa saja. Dalam perjalanan waktu, ia akan menjadi semakin baik dengan sendirinya. Menulis itu adalah proses belajar yang mendewasakan bukan cuma cara berpikir, tetapi cara dia menulis, yang pada akhirnya melahirkan rasa percaya diri.

Baca juga yang satu ini: Dari Noise ke Voice

emikian beberapa tip kecil untuk penulis pemula yang belum bisa mulai menulis karena terlalu kuat dibendung perasaan tidak percaya diri. Bagaimanapun tip ini tetap saja sangat terbatas. 

Orang bisa saja belajar menulis dengan cara membaca tulisan-tulisan penulis Kompasiana lainnya yang sudah makan garam. Tidak ada yang bisa menolong penulis pemula untuk menjadi percaya diri selain dirinya sendiri dan keberaniannya untuk mencoba menulis dan berbagi dari hari ke hari. 

Salam berbagi, ino, 8.10.2021.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.