1 min dibaca
05 Jul
05Jul

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Ungkapan di atas sering diucapkan oleh orang beriman yang percaya kepada Tuhan. Biasanya dilakukan dalam situasi sulit seperti waktu menghadapi bencana atau sakit. Di tengah usaha menghadapi pandemi betapa banyak orang yang ingat akan Tuhan. Karena keterbatasannya mereka berseru kepada-Nya.
Motivasi dan tujuan perbuatan religius itu sah dan baik. Dalam kesulitan orang beriman berseru kepada Tuhan. Begitulah semestinya.

Namun orang dapat menyerukan ungkapan itu dengan motivasi yang lain. Thomas, salah satu dari dua belas murid Sang Guru Kehidupan, menunjukkan hal itu.

Dia mengatakan tidak akan percaya terhadap omongan murid-murid lain bahwa Sang Guru telah bangkit tanpa mencucukkan jarinya ke dalam bekas luka-luka-Nya. Beberapa saat kemudian Dia menampakkan Diri lagi di depan Thomas yang berada di tengah murid-murid lainnya. Sang Guru berkata supaya Thomas mencucukkan tangannya ke dalam bekas luka itu. Tetapi Thomas tidak melakukannya. Dia malah berkata, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yoh 20: 28).

Thomas mengatakannya bukan sebagai doa yang menyertai permohonannya, melainkan sebagai ungkapan iman. Dia yang sebelumnya tidak yakin akan kebangkitan-Nya menjadi percaya. Yang diungkapkan melebihi yang dilihatnya. Dia tidak hanya melihat Sang Guru yang telah bangkit, tetapi melihat dengan iman bahwa Dia itu Tuhan dan Allah.

Para murid lain yang lebih dahulu berjumpa dengan Sang Guru tidak sanggup melihat sampai di situ. Mereka hanya bersukacita. "Murid-murid itu bersukacita ketika melihat Tuhan" (Yoh 20: 20).
Menarik, bahwa Sang Guru tidak memarahi Thomas atas sikap tidak percayanya. Sebaliknya, Dia mendatangi Thomas dan membantunya untuk percaya.

Manusia selalu dalam keterbatasan tatkala hendak menjangkau Tuhan. Hanya bila Tuhan mendatangi manusia akan mampu memahami. Untuk percaya kepada Tuhan manusia membutuhkan pertolongan-Nya. Kelemahan manusia bukan penghalang sejauh manusia mau terbuka kepada-Nya.

Sabtu, 3 Juli 2021 | Pesta Santo Thomas, Rasul | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.