5 min dibaca
10 Dec
10Dec

Oleh: Triem Meier

Saya datang ke Jerman di tahun 1984, tepat pada saat pergantian antara musim panas ke musim gugur. Saya menikah dengan salah satu penduduk Jerman. Dari perkawinan, kami dikaruniai satu putri dan satu putra. Setelah mengarungi 27 tahun pernikahan, akhirnya kami harus berpisah. Sejak tahun 2011 saya menjalani hidup sendiri. Saya tetap bekerja keras, dan dalam situasi kehidupan baru itu, saya melanjutkan dan lebih menekuni Hobby saya dalam menari dan menyanyi yang sejak kecil telah dibina. Disamping bekerja di salah satu perusahan, saya menari (tari-tarian tradisional indonesia) di banyak tempat dan kesempatan-kesempatan itu mendapat tanggapan sangat positif dari orang-orang Jerman. Selain itu, saya bernyanyi di berbagai Chor juga mengikuti banyak Konzert bersama Chor di tempat yang berbeda-beda.

Foto: Triem Meier

Waktu berjalan begitu cepat. Pada bulan Maret tahun 2019 umur saya mencapai 60 tahun. Wah kaget juga tiba-tiba berumur 60, usia menuju tua yang ke 70. Wow... Namun saya sangat bersyukur kepada Tuhan telah menganugerahkan hidup mencapai 60 tahun. Sudah legowo putra putriku sudah berdikari bahkan aku sudah dikaruniai cucu. Betapa bahagia dan bersyukur hati saya. Pada awal November 2019, tepatnya pada tgl 1 November, saya memasak makanan kesukaanku pada hari liburan itu. Sesudah makan, tiba-tiba saya merasa kelelahan sekali seperti tidak enak badan. Saya mencoba untuk tidur siang. Waktu itu memang saya bisa tidur, namun sesudah bangun, badan saya makin terasa tidak nyaman, perut terasa kembung atau agak aneh dan perasaan perut berkembang tiga kali lipat membesar dari biasanya. Setiap melihat makanan perut mual. Ada apa ini? Tanya dalam hati saya. Saya minum Paracetamol obat satu-satunya yang saya miliki. Karena saya pikir mungkin karena kecapaian, namun obat waktu itu tidak menolong. Perut masih terasa kembung dan terasa tambah besar, sehingga merasa sangat tidak nyaman (sehr unangenehm). Namun, pada hari minggu saya masih sempat ke pesta ulang tahun sahabat yang pinter masak. Saya pikir nafsu makan akan datang lagi melihat makanan enak yang selalu dimasaknya. Rupanya tidak ada bedanya dengan perutku. Melihat makanan yang enak, perut saya seakan tambah memberontak untuk menikmati hidangan yang enak itu. Akhirnya, keesokan harinya pada Senin 4 November saya ke dokter Hausarzt untuk diperiksa. Karena keluhan dari perut, dokter langsung memeriksa perut dengan Ultraschall. Betapa terkejut dokter melihat keadaan di dalam perut saya. Di paru-paru ada air ca. 1 liter, Ginjal juga kelihatan sangat jelek karena saluran air seni seperti tersumbat atau tidak lancar juga diketahui Lymphknoten (kelenjar getah bening) semua membengkak.

Dokter merasa dan memperkirakan saya mendapat penyakit yang sangat gawat, namun dia belum bisa langsung memberi diagnose. Karena itu, dokter langsung mengambil darah untuk dilihat lebih lanjut. Kalau hasil pemeriksaan darah akut seperti yang dokter perkirakan, maka saya akan mendapat telpon dan harus datang kembali ke tempat prakteknya. Sementara itu, saya tetap minum Paracetamol sampai penyakit ditemukan. Keesokan hari, saya mendapat telepon dan harus datang kembali ke praktek. Sesudah lama berbincang akhirnya dokter memberitahu saya bahwa hasil pemeriksaan darah terlihat kalau ada Tumor marker naik menjulang tinggi. Makanya dokter mengatakan kemungkinan besar saya mendapat penyakit kanker/Krebs, namun belum bisa dipastikan atau masih mungkin paru-paru, Leukämie atau kelenjar getah bening atau juga Tumor di Ginjal dan banyak sekali problemnya. Karena itu, dokter akan segera mengirim saya ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Akhirnya, menurut nasehat dokter dan keinginan putriku, sebaiknya saya dirawat di rumah sakit dimana putriku bekerja karena juga putriku baru menanti kelahiran putra/putri keduanya. Aku menuruti nasehat/keinginan dokter Hausarzt dan putriku. Sesudah mendapat pemeriksaan CT akhirnya saya masuk ke rumah sakit dimana putriku bekerja. Kebetulan cucuku kedua lahir sebelum saya masuk rumah sakit. Saya berpikir untuk menghibur diriku sendiri. „Ini pasti tidak melebihi 1 minggu, lalu saya sudah bisa kembali ke rumah dan perkiraan dokter semoga tidak benar.“ Anehnya, putraku selalu menghibur saya dan selalu mengatakan: „Mama jangan takut...semoga hanya infeksi. Tapi putriku dari awal bilang dilihat dari Tumor Marker yang meninggi kemungkinan besar saya dapat penyakit kanker tapi belum diketahui dimana.“ Saya tetap tidak percaya.

Akhirnya, pemeriksaan dilakukan secara intensif. Mulai air diambil (punktiert) dari paru-paru, pemeriksaan Nieren hasilnya semua bagus tidak ada Tumor disitu. Selanjutnya saya harus menjalani operasi untuk urusan Biopsie lymknoten yang diambil dari leher. Sambil menunggu hasil Biopsi pada pemeriksaan perut (Magenspiegelung) dan Usus (Darmspiegelung). Anehnya, pada usus terlihat bersih, tidak ditemukan tanda Tumor. Ketika hasil Biopsi datang, Pathologie memberi kabar bahwa saya mendapat kanker Ovarium Karzinom. Kanker di indung telur. Sangat mengejutkan karena sudah dilakukan pemeriksaan juga di payudara dan indung telur (Eierstock) hasilnya juga bersih tidak ada titik kecil pun yang terlihat. Akhirnya saya dipindah dari bagian Internis ke Gynäkologie. Disitu dilakukan pemeriksaan kembali dari awal dan lebih teliti. Sementara itu, saya selalu ingat bahwa saya ada tugas nyanyi untuk perayaan Natal, ya saya akan menyanyikan lagu doa Yabes. Karena tidak ada kesempatan untuk berlatih menyanyi, maka saya hanya baca teksnya siapa tahu cepat hafal. Tanpa sadar, rupanya teks lagu tersebut sangat mempengaruhiku untuk waktu selanjutnya. Setelah team dokter mencari dimana letak Tumor dan ternyata belum juga menemukan. Mereka mengambil keputusan untuk memeriksa melalui Bauch Spiegelung. Selanjutnya team dokter melalui Bauch Spiegelung bisa menemukannya. Tumor itu ternyata tumbuh di Bauchfell. Disitu Tumor telah berkembang biak.

Keesokan harinya pada waktu Visite, team dokter menerangkan bahwa mereka telah menemukan Tumor. Celakanya, hari itu adalah hari ulang tahun putraku. Situasi yang tidak pernah terlupakan. Tumor itu bernama Bauchfellkrebs. Pemicunya adalah dari indung telur namun berkembang biak di bawah di peritoneum (Bauchfell). Tumor ini adalah jenis baru dan masih sangat langka untuk penanganannya. Sangat agresif dan tidak dapat disembuhkan. Dalam arti, Tumor jenis ini bisa datang kembali. Waktu ditemukan bisa dibilang sudah terlambat, karena Tumor itu sudah mencapai stadium 4 B, stadium paling akhir. Waktu saya mendengarkan Diagnose dari team dokter. Saya tidak mampu berbuat apapun. Bahkan menangis pun saya tidak sanggup lagi. Dalam hati saya hanya bisa berkata: „Ini sebuah mimpi atau kehendak Tuhan?“ Saya tidak bisa menemukan jawaban. Kosong dikepalaku. Yang saya tahu saya hanya menjawab ya dan okay atas penerangan rencana pengobatan untuk saya. Team dokter menerangkan jalan satu-satunya pengobatan hanya bisa dengan Chemotherapie. Saya harus menjalani 6 x Chemotherapie setiap 3 minggu. Setelah 4 x Chemotherapie saya akan mendapat pemeriksaan lagi lewat CT. Apabila Tumor mengecil kemungkinannya bisa dilakukan operasi untuk mengangkat Tumor ganas itu. Namun, jika Tumor itu tidak mengecil, berarti Chemotherapie tidak berhasil dan saya menjadi paliatif pasien yang tinggal menunggu berakhirnya hidup saya. Di dalam hati saya hanya bertanya: „ini mimpi atau kehendak Tuhan?“ Keesokan harinya, saya boleh meninggalkan rumah sakit. Sebelumnya pulang team dokter bertanya apakah saya bersedia ikut study karena Tumor itu termasuk masih langka. Saya langsung menjawab: „ya saya bersedia“.

Sesudah hampir lima minggu di rumah sakit, saya pulang sambil menunggu jadwal Chemotherapie. Sesudah dirumah kembali Szenario di rumah sakit terngiang di telinga lagi. Baru saya bisa menangis dalam kesendirian. Mungkin saya bisa katakan marah atau kecewa sama Tuhan. Saya hanya berdoa: „Tuhan, saya tidak tahu apa kehendak-Mu. Engkau telah memberikan penyakit ini di dalam diriku, tolonglah saya untuk melenyapkan kembali penyakit itu dari tubuhku. Akan saya lakukan semua yang harus saya lakukan untuk penyembuhan, tapi saya tidak kuat untuk melakukan sendiri tanpa bantuan-Mu. Saya percaya bahwa tanpa pertolongan-Mu, saya tidak akan kuat. Karena itu, saya percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkanku.“

Disamping itu permohonanku yang lain: Tuhan, berilah saya kesempatan untuk melihat pertumbuhan cucu-cucuku.“ Sambil menunggu jadwal Chemotherapie, saya hanya bisa menghibur diriku dengan berdendang suaraku kacau tetapi selalu berdendang. Dengan bermain angklung, saya banyak mengenal lagu-lagu rohani yang diiringi dengan musik angklung. Kebetulan pemimpin kami sering mempercayakan saya untuk menyanyikan atau saya ingin menyanyikannya. Dirumah saya mulai membaca pelan-pelan syair syairnya…”Omg ini adalah Firman Tuhan...betapa indah Firman-Mu”. Empat hari sebelum jadwal untuk mendapatkan Chemotherapie yang pertama, saya mendapat telepon bahwa saya harus ke rumah sakit lagi untuk menjalani pemeriksaan lagi untuk kepentingan studi. Di situ ditemukan lagi di paru-paru ada air lagi. Dalam arti air harus diambil sebelum mendapat Chemo. Pertama saya menolak untuk diambil air dari paru-paru ku, karena saya tahu banget sakit sekali. Namun, team dokter mengatakan bahwa selama ada air di paru-paru Chemo tidak bisa dilakukan. Akhirnya, saya tidak diperbolehkan pulang untuk mengamati berapa banyak air di paru-paru saya. Karena tidak ada perbaikan, sehari sebelum Kemo paru-paru harus dilem. Artinya, antara Rippen dan Lungenflügel di verkleben untuk menghindari air masuk ke dalam paru-paru. Tidak mengira sakitnya dalam proses untuk menempelkan itu. Tapi, saya sangat tabah menjalaninya. Ingat kembali janjiku sendiri pada diriku untuk melaksanakan semua yang harus dilakukan. Besok paginya aku mendapatkan Chemo, untuk pertama kalinya badan terasa lemas, capai, mengantuk. Saya tertidur selama mendapatkan Chemo. Sampai dirumah, saya heran kok fit banget. Namun, 3 hari sesudah mendapatkan Chemo efek sampingan datang dan sangat tidak nyaman. Kaki dan sekujur badan gemetar. Tidak ada kekuatan sama sekali, citarasa hilang tidak ada nafsu makan. Namun, saya harus makan untuk mengumpulkan Energi untuk Chemo berikutnya. Setiap kali sesudah Kemo sampai 10 hari saya terkapar tak berdaya. Untuk berdoa pun, saya tidak ada kekuatan lagi. Pikiran kosong. Rambut pun mulai rontok. Sangat mengerikan rasanya. Kerontokan tidak mulai dari satu persatu, melainkan langsung segenggam. Mengingat rambutku sangat tebal jadi sangat merisaukan.

Sesudah Kemo kedua, saya tidak punya rambut lagi. Gundul....sementara saya mendapatkan berita lagi dari team study bahwa saya tidak harus mengikuti study dari hasil pemeriksaan memberitakan bahwa Tumorku mutiert berarti semua obat untuk Tumor sudah ada obatnya dan sudah dipakai untuk pengobatan. Jadi, saya tidak harus mengikuti study lagi. Waktu berjalan dengan cepat, semua efek sampingan yang datang sesudah Chemo saya lakukan dengan ketabahan dan kepasrahan karena saya percaya Tuhan tidak akan meninggalkanku. Bahkan satu kali Kemo tidak bisa dilakukan karena imun terlalu rendah. Rasa takut dan cemas kadang-kadang menyelimutiku.Namun aku selalu tabah dan kuat, dan pasrah. Akhirnya sesuai rencana/program sesudah Kemo ke 4 akan dilakukan kontrol/check kembali melalui CT. Hasil CT sangat mengejutkan untuk aku juga untuk Team Dokter karena ternyata Tumor mengecil dan semua Metastase yang ada hilang tidak kelihatan/ditemukan lagi lewat CT. Kembali aku berpikir ini mimpi atau kehendak Tuhan. Karena ini semua sangat mengejutkan dan sangat tidak mustahil. Saat itu saya menyadari ini kehendakNya. Ini mukjizat-Nya tiada yang mustahil bagi Tuhan. Aku bersimpuh mengucap syukur atas kehendakNya atas mukjizat-Nya. Aku ingat syair syair lagu Firman Tuhan yang saya baca. Operasi akhirnya terlaksana dengan lancar dan baik tanpa komplikasi.

Walaupun sebelum operasi tak terlepas dari halangan yang hampir saja operasi tidak bisa dilaksanakan. Sesudah menjalankan operasi muncul pertanyaan bagaimana saya bisa mengatasi semua sesudah menjalani operasi berat seorang diri. Kembali Tuhan memberikan karunia-Nya, kebetulan karena Corona pada waktu itu sangat cepat merajalela, maka sekolah harus ditutup atau diliburkan karena itu putraku sebagai guru di suatu sekolah bisa berlibur bersama saya di rumah. Putraku memutuskan untuk merawat saya selama saya membutuhkannya. Tuhan telah memperlihatkan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan saya seorang diri. Dengan cepatnya waktu berjalan, Chemotherapie akhirnya berakhir juga. Pengobatan selanjutnya dengan radiasi. Namun, saya menolak untuk melakukannya setelah mendengarkan semua efek sampingannya yang bisa jadi kemungkinan saya dapatkan. Putra-putri saya heran dengan keputusan saya. Akhirnya mereka pun menyetujui dan mengerti akan keputusan yang saya ambil. Tahap selanjutnya mendapatkan Chemotherapie dalam bentuk obat atau Tabletten minimum untuk 2 tahun. Tujuannya untuk memperlambat kemungkinan Tumor tidak tumbuh kembali. Saya berharap semoga Tumor tidak datang lagi selamanya. Di samping itu, setiap 3 bulan saya harus melakukan kontrol melalui CT. Kebetulan 3 minggu yang lalu hasil kontrol melalui CT sangat memuaskan. Saya bersyukur atas mukjizat-Nya untuk karunia-Nya dan percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkan saya.

Saya mulai mencoba kembali bernyanyi dan berdendang lagi terutama lagu-lagu yang berisikan Firman Tuhan. Dan doa saya adalah Tuhan berilah saya kesempatan untuk melihat dan mengikuti pertumbuhan cucu-cucu saya sehingga suatu saat mereka akan dapat mengenang mempunyai eyang /oma yang suka menari dan menyanyi dan berasal dari Indonesia. Fazit atau sebagai kesimpulan saya selalu berpikiran positif dan menyerahkan dan pasrah kepada Tuhan. Saya percaya Tuhan penyelamat kita. Inilah lagu-lagu Firman Tuhan yang sering saya nyanyikan: Doa yabes, Pelangi kasih, Bagi Tuhan tak ada yang mustahil, Tuhan pasti sanggup, Kupersembahkan hidupku dan masih banyak lagi. Semua lagu bisa didengar lewat YouTube. Desember 2020.


Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.